Hampir setiap tahun, banjir menggenangi Wilayah Bandung Selatan, khususnya di
Kecamatan Baleendah, Bojongsoang, dan Dayeuh Kolot. Banjir tersebut
disebabkan beberapa faktor, diantaranya curah hujan yang tinggi; akumulasi debit
aliran dari Sub DAS Citarum Hulu, Citarik, Cikeruh, Cipamokolan, Cidurian,
Cicadas, Cikapundung, dan Cisangkuy; keterbatasan kapasitas Sungai Citarum; dan
kondisi tata guna lahan dibeberapa Sub DAS Citarum yang cukup buruk.
Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya konsep pengendalian dan
pengelolaan banjir yang dapat digunakan di kawasan Bandung Selatan, khususnya
di Kecamatan Baleendah, Bojongsoang, dan Dayeuh Kolot. Upaya yang dilakukan
yaitu melalui kombinasi antara tampungan air dengan sistem side spill way dan
upaya normalisasi Sungai Citarum dari pemerintah. Dari volume tampungan air
yang berhasil diperoleh, diharapkan dapat mereduksi debit banjir yang terjadi pada
kala ulang 20 tahun dan 50 tahun serta dapat menjadi suplai air tambahan untuk
sumber pemenuhan kebutuhan air baku yang dirasa kurang di wilayah Kabupaten
Bandung dan Kota Bandung.
Analisis curah hujan menggunakan data curah hujan maksimum pada masingmasing
sub DAS yang diperoleh dari beberapa stasiun hujan yang tersebar di
hampir seluruh Sub DAS kajian. Data yang digunakan merupakan data curah hujan
harian tahun 2004-2017, dianalisis menggunakan metode polygon thiessen dan uji
konsistensi menggunakan metode RAPS. Sedangkan model distribusi hujan jamjamannya
menggunakan model ABM.
Analisis hidrograf banjir menggunakan pendekatan hidrograf sintetik Nakayasu,
SCS, ITB original, ITB 1 (eksak, numerik) dan ITB 2 (eksak, numerik), serta
Snyder-Alaexeyev. Sebagai proses kalibrasi, digunakan kejadian banjir pada
Tanggal 13 Maret 2014 untuk kalibrasi debit harian dengan menggunakan data
observasi AWLR yang ada di AWLR Cikapundung Ps.Luyu, AWLR Cisangkuy
Kamasan, dan AWLR Citarum Dayeuhkolot.
Penelusuran banjir diselesaikan melalui persamaan hidrologis dan persamaan
hidraulik. Penelusuran secara hidrologis menggunakan perangkat HEC-HMS dan
hidrograf sintetis diatas. Sedangkan penelusuran secara hidraulik digunakan untuk
pemodelan genangan banjir mengunakan hidrograf sintetis terpilih sebelumnya.
Pemodelan genangan banjir menggunakan data cross section eksisting Sungai
Citarum sebagai tahap awal untuk mengetahui kapasitas eksisting sungai dan model
genangan yang terjadi, dan data normalisasi Sungai Citarum yang dikombinasikan
dengan kolam detensi, side spill way, dan saluran pengalih banjir rencana sebagai
model pengendalian banjirnya. Genangan banjir dimodelkan dalam bentuk 1D/ 2D
menggunakan data DEMNAS.
Adapun kebutuhan air baku mengacu pada data Rencana Pengelolaan Sumber Daya
Air Wilayah Sungai Citarum Tahun 2016 yang menunjukkan debit minimum pada
Bulan Juni - Bulan September. Pada musim kemarau tersebut, defisit ketersediaan
air untuk air baku direncanakan akan disuplai oleh kolam detensi.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa pengendalian banjir dengan
menggunakan kolam detensi dan saluran pengalih banjir secara efektif dapat
diterapkan. Upaya tersebut sudah sesuai dengan arah pengembangan RPJMD
Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018. Namun dengan adanya kolam detensi,
peruntukan ruang pada rencana pola ruang Kabupaten Bandung 2016-2036 akan
berubah. Adapun perubahan tersebut diantaranya kawasan pertanian lahan basah
(81.49 ha), kawasan permukiman (58.67 ha), kawasan peruntukan industri (2.94
ha), dan sebagian kecil sempadan sungai (1.68 ha). Akibatnya, perubahan pola
ruang tersebut akan membawa dampak positif dan negatif.
Efektifitas pengendalian dan penanggulangan banjir di Kawasan Bandung Selatan
khususnya di Kecamatan Baleendah, Bojongsoang, Dayeuhkolot dan terkait upaya
memenuhi kebutuhan air baku di Kabupaten Bandung dan Kota Bandung, dapat
dilihat sebagai berikut: 1) Terjadi penurunan kedalaman genangan banjir dari hasil
simulasi sebelum adanya penanganan (penampang sungai eksisting) dan setelah
adanya pengendalian (penampang normalisasi ditambah kolam detensi dan saluran
pengendali banjirelevasi muka air akibat adanya penerapan skenario pengendalian
banjir sebagai berikut. a) Q20 dari kedalaman 2.84 m menjadi 1.74 m, b) Q50 dari
kedalaman 3.21 m menjadi 1.69 m. Dengan masih adanya sisa genangan banjir,
maka direncanakan tanggul dibeberapa ruas sungai, seperti di kawasan
Dayeuhkolot dengan tinggi 2.45 m; 2) Efektifitas pengendalian banjir terhadap luas
genangan berdasarkan model 1D/ 2D terkait kondisi sebelum penanganan dan
setelah penanganan sangat efektif dimana persentase penurunan luas genangan
banjir pada Q20 sebesar 98.77% dan Q50 89.08%; 3) Efektifitas pengendalian
banjir terhadap volume genangan berdasarkan model 1D/ 2D terkait kondisi
sebelum penanganan dan setelah penanganan cukup efektif dengan persentase
penurunan luas genangan banjir pada Q20 sebesar 46.73% dan Q50 sebesar
47.54%; 4) Jumlah penduduk (jiwa) yang mampu dilayani dengan adanya
penambahan detention pond dan kapasitas eksisting PDAM untuk melayani
kebutuhan air baku di wilayah Kabupaten Bandung dan Kota Bandun pada tahun
2037 selama 120 hari (Bulan Juni – September) adalah sebanyak 575 jiwa. Jumlah
tersebut diperoleh berdasarkan konsumsi pemaian air untuk kota dengan jumlah
penduduk >1.000.000 sebebsar 190 liter/orang/hari.
Perpustakaan Digital ITB