digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Hampir setiap tahun, banjir menggenangi Wilayah Bandung Selatan, khususnya di Kecamatan Baleendah, Bojongsoang, dan Dayeuh Kolot. Banjir tersebut disebabkan beberapa faktor, diantaranya curah hujan yang tinggi; akumulasi debit aliran dari Sub DAS Citarum Hulu, Citarik, Cikeruh, Cipamokolan, Cidurian, Cicadas, Cikapundung, dan Cisangkuy; keterbatasan kapasitas Sungai Citarum; dan kondisi tata guna lahan dibeberapa Sub DAS Citarum yang cukup buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya konsep pengendalian dan pengelolaan banjir yang dapat digunakan di kawasan Bandung Selatan, khususnya di Kecamatan Baleendah, Bojongsoang, dan Dayeuh Kolot. Upaya yang dilakukan yaitu melalui kombinasi antara tampungan air dengan sistem side spill way dan upaya normalisasi Sungai Citarum dari pemerintah. Dari volume tampungan air yang berhasil diperoleh, diharapkan dapat mereduksi debit banjir yang terjadi pada kala ulang 20 tahun dan 50 tahun serta dapat menjadi suplai air tambahan untuk sumber pemenuhan kebutuhan air baku yang dirasa kurang di wilayah Kabupaten Bandung dan Kota Bandung. Analisis curah hujan menggunakan data curah hujan maksimum pada masingmasing sub DAS yang diperoleh dari beberapa stasiun hujan yang tersebar di hampir seluruh Sub DAS kajian. Data yang digunakan merupakan data curah hujan harian tahun 2004-2017, dianalisis menggunakan metode polygon thiessen dan uji konsistensi menggunakan metode RAPS. Sedangkan model distribusi hujan jamjamannya menggunakan model ABM. Analisis hidrograf banjir menggunakan pendekatan hidrograf sintetik Nakayasu, SCS, ITB original, ITB 1 (eksak, numerik) dan ITB 2 (eksak, numerik), serta Snyder-Alaexeyev. Sebagai proses kalibrasi, digunakan kejadian banjir pada Tanggal 13 Maret 2014 untuk kalibrasi debit harian dengan menggunakan data observasi AWLR yang ada di AWLR Cikapundung Ps.Luyu, AWLR Cisangkuy Kamasan, dan AWLR Citarum Dayeuhkolot. Penelusuran banjir diselesaikan melalui persamaan hidrologis dan persamaan hidraulik. Penelusuran secara hidrologis menggunakan perangkat HEC-HMS dan hidrograf sintetis diatas. Sedangkan penelusuran secara hidraulik digunakan untuk pemodelan genangan banjir mengunakan hidrograf sintetis terpilih sebelumnya. Pemodelan genangan banjir menggunakan data cross section eksisting Sungai Citarum sebagai tahap awal untuk mengetahui kapasitas eksisting sungai dan model genangan yang terjadi, dan data normalisasi Sungai Citarum yang dikombinasikan dengan kolam detensi, side spill way, dan saluran pengalih banjir rencana sebagai model pengendalian banjirnya. Genangan banjir dimodelkan dalam bentuk 1D/ 2D menggunakan data DEMNAS. Adapun kebutuhan air baku mengacu pada data Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Citarum Tahun 2016 yang menunjukkan debit minimum pada Bulan Juni - Bulan September. Pada musim kemarau tersebut, defisit ketersediaan air untuk air baku direncanakan akan disuplai oleh kolam detensi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa pengendalian banjir dengan menggunakan kolam detensi dan saluran pengalih banjir secara efektif dapat diterapkan. Upaya tersebut sudah sesuai dengan arah pengembangan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018. Namun dengan adanya kolam detensi, peruntukan ruang pada rencana pola ruang Kabupaten Bandung 2016-2036 akan berubah. Adapun perubahan tersebut diantaranya kawasan pertanian lahan basah (81.49 ha), kawasan permukiman (58.67 ha), kawasan peruntukan industri (2.94 ha), dan sebagian kecil sempadan sungai (1.68 ha). Akibatnya, perubahan pola ruang tersebut akan membawa dampak positif dan negatif. Efektifitas pengendalian dan penanggulangan banjir di Kawasan Bandung Selatan khususnya di Kecamatan Baleendah, Bojongsoang, Dayeuhkolot dan terkait upaya memenuhi kebutuhan air baku di Kabupaten Bandung dan Kota Bandung, dapat dilihat sebagai berikut: 1) Terjadi penurunan kedalaman genangan banjir dari hasil simulasi sebelum adanya penanganan (penampang sungai eksisting) dan setelah adanya pengendalian (penampang normalisasi ditambah kolam detensi dan saluran pengendali banjirelevasi muka air akibat adanya penerapan skenario pengendalian banjir sebagai berikut. a) Q20 dari kedalaman 2.84 m menjadi 1.74 m, b) Q50 dari kedalaman 3.21 m menjadi 1.69 m. Dengan masih adanya sisa genangan banjir, maka direncanakan tanggul dibeberapa ruas sungai, seperti di kawasan Dayeuhkolot dengan tinggi 2.45 m; 2) Efektifitas pengendalian banjir terhadap luas genangan berdasarkan model 1D/ 2D terkait kondisi sebelum penanganan dan setelah penanganan sangat efektif dimana persentase penurunan luas genangan banjir pada Q20 sebesar 98.77% dan Q50 89.08%; 3) Efektifitas pengendalian banjir terhadap volume genangan berdasarkan model 1D/ 2D terkait kondisi sebelum penanganan dan setelah penanganan cukup efektif dengan persentase penurunan luas genangan banjir pada Q20 sebesar 46.73% dan Q50 sebesar 47.54%; 4) Jumlah penduduk (jiwa) yang mampu dilayani dengan adanya penambahan detention pond dan kapasitas eksisting PDAM untuk melayani kebutuhan air baku di wilayah Kabupaten Bandung dan Kota Bandun pada tahun 2037 selama 120 hari (Bulan Juni – September) adalah sebanyak 575 jiwa. Jumlah tersebut diperoleh berdasarkan konsumsi pemaian air untuk kota dengan jumlah penduduk >1.000.000 sebebsar 190 liter/orang/hari.