digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800





2013_TA_PP_QODRINA_JANMI_PRAPTI_1-BAB_4.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan



2013_TA_PP_QODRINA_JANMI_PRAPTI_1-BAB_7.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan


Penggunaan struktur baja di Indonesia masih jarang dilakukan, terutama sebagai bangunan tahan gempa. Studi ini membahas tentang perencanaan struktur baja dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus pada bangunan dengan ketinggian yang berbeda-beda dan evaluasi kinerja struktur pada masing-masing bangunan. Perencanaan kegempaan dilakukan berdasarkan SNI 1726-2012, sementara perencanaan struktur baja dan spesifikasi baja tahan gempa dilakukan berdasarkan AISC 360-10 dan AISC 341-10. Perencanaan struktur SRPMK dilakukan dengan konsep desain kapasitas yang menjamin kelelehan awal terjadi pada balok sebagai komponen terlemah yang mendisipasi energi gempa. Komponen kolom didesain terhadap gaya maksimum yang terjadi pada balok. Perencanaan struktur yang telah dilakukan pada masing-masing bangunan dievaluasi kinerjanya dengan melakukan analisis pushover. Mekanisme kelelehan pada masing-masing bangunan telah sesuai dengan konsep desain kapasitas dimana komponen balok mengalami kelelehan terlebih dahulu. Hasil analisis pada perhitungan parameter struktur, yaitu faktor modifikasi respon struktur (R), kuat lebih struktur (?0), dan daktilitas struktur, ditentukan berdasarkan titik kinerja (performance point) yang mempertemukan kapasitas struktur dengan kebutuhan kegempaan dan fungsi struktur. Syarat simpangan antarlantai dalam perencanaan ini membuat hasil perencanaan lebih ditentukan oleh kekakuan struktur dibandingkan kekuatan. Hal ini ditunjukkan dengan analisis parameter struktur yang menunjukkan bahwa kapasitas struktur lebih besar dari kebutuhan rencana. Hasil perencanaan struktur SRPMK dibandingkan juga dengan hasil perencanaan struktur serupa dengan sistem kombinasi vertikal Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus dan SRPMK yang dilakukan oleh penulis lain. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa pada bangunan 2 lantai, struktur SRPMK lebih ringan dibandingkan struktur dengan sistem kombinasi vertikal SRBKK-SRPMK. Sedangkan, pada bangunan 5 dan 10 lantai, struktur SRPMK menunjukkan berat struktur yang lebih besar karena ukuran kolom yang dibutuhkan semakin besar untuk memenuhi syarat simpangan antarlantai.