digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Diki Prayugo Wibowo
PUBLIC yana mulyana

BAB 1 Diki Prayugo Wibowo
PUBLIC yana mulyana

BAB 2 Diki Prayugo Wibowo
PUBLIC yana mulyana

BAB 3 Diki Prayugo Wibowo
PUBLIC yana mulyana

BAB 4 Diki Prayugo Wibowo
PUBLIC yana mulyana

BAB 5 Diki Prayugo Wibowo
PUBLIC yana mulyana

PUSTAKA Diki Prayugo Wibowo
PUBLIC yana mulyana

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati tumbuhan. Hutan di Indonesia dan hutan-hutan di daerah flora Malenesia memiliki kurang lebih 248.000 jenis tumbuhan tinggi. Jumlah ini kira-kira setengah dari seluruh jenis tumbuhan di bumi. Keanekaragaman hayati menyediakan dukungan penting untuk penemuan obat dan ketersediaan sumber daya obat dan hanya sebagian kecil dari jenis telah diteliti untuk menanggulangi masalah kesehatan. Tumbuhan marga Ficus (Moraceae) memiliki distribusi global dengan sekitar 850 jenis. Beberapa jenis dari marga Ficus telah diteliti dan menunjukkan aktivitas antimikroba, yaitu Ficus sycomorus, Ficus exasperata, Ficus racemosa, Ficus carica, Ficus polita, Ficus religiosa, Ficus trigonata, Ficus benghalensis, Ficus benjamina, Ficus pumila dan Ficus platyphylla. Telah diteliti aktivitas antimikroba dari daun beberapa tumbuhan marga Ficus yaitu Ficus nekbudu, Ficus geocarpa, Ficus glabella, Ficus lyrata, Ficus ampelas, Ficus superba, Ficus pubinervis, Ficus grandis, Ficus elastica, Ficus padifolia, Ficus drupacea, Ficus ardisioides, Ficus madurensis, Ficus heteropoda, Ficus virens aiton, Ficus hirta, Ficus adenosperma, Ficus callosa, Ficus consociata, Ficus fistulosa, Ficus melinocarpa dan Ficus ribes. Uji aktivitas antimikroba dengan metode difusi agar mengunakan cakram kertas serta penentuan kadar hambat minimun (KHM) dan kadar bunuh minimun (KBM) dengan metode mikrodilusi dilakukan untuk memilih tumbuhan yang paling baik. Tumbuhan yang menunjukkan aktivitas antimikroba yang paling tinggi adalah Ficus consociata sehingga tumbuhan ini dipilih untuk diteliti lebih lanjut. Daun Ficus consociata diekstraksi dengan metanol dan terhadap ekstrak ini dilakukan fraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair, menghasilkan fraksi nheksana, etil asetat dan air yang diuji aktivitas antimikrobanya. Fraksi etil asetat merupakan fraksi yang paling baik, terhadap fraksi ini dilakukan isolasi senyawa aktif. Dari fraksi etil asetat diperoleh isolat C2-1 yang berbentuk kristal jarum berwarna kuning pucat. Berdasarkan hasil elusidasi struktur menggunakan spektrum ultraviolet sinar tampak, massa dan resonansi magnet Inti (RMI), disimpulkan bahwa isolat C2-1 merupakan senyawa 2-(3’,4’-dihidroksifenil)-4-metilkroman-5, 7-diol. Senyawa C2-1 menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif Bacillus subtillis dan Staphylococcus aureus namun tidak menghambat pertumbuhan bakteri Gram negatif Pseudomonas aeruginosa dan Eschericia coli serta fungi Candida albicans dan Aspergillus niger. Mekanisme kerja antimikroba senyawa isolat C2-1 terhadap bakteri Staphylococcus aureus berdasarkan pemeriksaan SEM menyebabkan terjadinya perubahan morfologi dan berdasarkan pemeriksaan TEM menunjukkan adanya kerusakan dinding sel serta perubahan bentuk dari sitoplasma.