2019_DS_TK_EFRI_MARDAWATI_1_COVER.pdf
PUBLIC Budi Cahyadi 2019_DS_TK_EFRI_MARDAWATI_1_BAB1.pdf
PUBLIC Budi Cahyadi 2019_DS_TK_EFRI_MARDAWATI_1_BAB2.pdf
PUBLIC Budi Cahyadi 2019_DS_TK_EFRI_MARDAWATI_1_BAB3.pdf
PUBLIC Budi Cahyadi 2019_DS_TK_EFRI_MARDAWATI_1_BAB4.pdf
PUBLIC Budi Cahyadi 2019_DS_TK_EFRI_MARDAWATI_1_BAB5.pdf
PUBLIC Budi Cahyadi 2019_DS_TK_EFRI_MARDAWATI_1_BAB6.pdf
PUBLIC Budi Cahyadi 2019_DS_TK_EFRI_MARDAWATI_1_BAB7.pdf
PUBLIC Budi Cahyadi 2019_DS_TK_EFRI_MARDAWATI_1_PUSTAKA.pdf
PUBLIC Budi Cahyadi 2019_DS_TK_EFRI_MARDAWATI_1_LAMPIRAN.pdf
PUBLIC Budi Cahyadi
ABSTRAK
PRODUKSI XILITOL DARI TANDAN KOSONG SAWIT
MELALUI PROSES HIDROLISIS ENZIMATIK
DAN FERMENTASI
Oleh
Efri Mardawati
NIM : 33010002
Peningkatan permintaan dunia terhadap minyak sawit mentah (CPO) akan
mendorong peningkatan produksi kelapa sawit sehingga menyebabkan akumulasi
tandan kosong sawit (TKS). TKS merupakan biomassa limbah industri kelapa
sawit yang dihasilkan setelah proses perontokkan buah, sebesar 20-22% dari
tandan buah segar.Saat ini TKS banyak dibakar atau digunakan kembali sebagai
pupuk dan musla pada perkebunan yangmemberikan nilai tambah yang kecil.
Ketersediaan TKS yang besar ini berpotensi untuk diolah lebih lanjut untuk
menghasilkan produk yang bermanfaat.
Komponen penyusun TKS terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan bahan
ekstraktif. Berdasarkan hasil karakterisasi, komponen xilosa yang menyusun
hemiselulosa TKS cukup besar, yaitu ±19,6 % dari TKS. Xilosa dapat dikonversi
lebih lanjut menjadi xilitol, yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sebagai
pemanis alami, mempunyai derajat kemanisan yang sama dengan sukrosa tetapi
memiliki nilaikalori yang lebih rendah. Xilitol digunakan sebagai gula alternatif
pada pasien diabetes, memiliki viskositas yang rendah dan memiliki sifat
menyerap panas sehingga menimbulkan sensasi dingin serta tidak merusak gigi.
Proses konversi xilosa menjadi xilitol dapat dilakukan secara kimiawi melalui
proses hidrogenasi xilosa pada tekanan dan temperatur tinggi. Proses secara kimia
ini dilakukan dengan cara mereaksikan xilosa murni dengan gas Hidrogen
menggunakan katalis logam. Proses ini membutuhkan penggunaan bahan baku
xilosa dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Sebagai alternatif, reduksi xilosa
dapat dilakukan melalui fermentasi.Tingkat kemurnian xilosa sebagai bahan baku
tidak perlu tinggi, sehingga dapat digunakan hidrolisat TKS.
Hidrolisat dapat diperoleh melalui proses hidrolisis TKS baik secara kimia
maupun enzimatik.Proses hidrolisissecarakimia mempunyaibeberapa kelemahan
di antaranya bekerja pada kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi dengan
iii
katalis logam, danmembentuk produk-produk terdekomposisi sepertifurfural,
HMF dan asam asetat. Produk terdekomposisi ini menjadi inhibitor dalam proses
selanjutnya, yaitu fermentasi. Walaupun berjalan lebih lambat, proses hidrolisis
enzimatis memberikan keuntungan diantaranya kondisi operasi yang lunak,
bersifat spesifik sehingga tidak menghasilkan produk dekomposisi dan sangat
baik untuk proses fermentasiselanjutnya.Penelitian secara umum bertujuan untuk
produksi xilitol dari TKS melalui kombinasi hidrolisis enzimatik dan fermentasi,
di mana dari studi pustaka sejauh ini belum ada yang melaporkan.
Ketersediaan enzim untuk mendegradasi xilan menjadi xilosa yaitu xilanase saat
ini masih terbatas dan harganya dipasaran sangat mahal. Untuk itu, penelitian ini
dimulai dari kajian produksi enzim xilanase melalui proses fermentasi fasa padat
menggunakan substrat TKS oleh jamur. Kajian produksi enzim meliputi
pemilihan jamur dan kondisi kultivasi meliputi rasio substrat, temperatur dan
waktu kultivasi serta karakterisasi ekstrak enzim yang dihasilkan. Pada ketiga
jamur uji yaitu Aspergillus niger ITBCCL.51, Trichoderma viride ITBCC L.67
dan Penicillium sp ITBCC L.96, potensial untuk menghasilkan enzim xilanase.
Aktivitas enzim xilanase tertinggi dihasilkan oleh T. viride dengan pada
temperatur 32,8oC dan rasio substrat padat-cair sebesar 0,63 dengan aktivitas
xilanase 740,6 U/mL ekstrak atau 5095,3 U/g substrat yang dicapai pada 36 jam
kultivasi. Selain memiliki aktivitas xilanase, enzim yang dihasilkan juga memiliki
aktivitas selulase dan lakase.
Optimasi proses hidrolisis enzimatik menggunakan ekstrak enzim kasar yang
dihasilkan dilakukan terhadap pH dan temperatur untuk memperoleh konsentrasi
xilosa dan rasio xilosa-glukosa yang tinggi pada hidrolisat. Komponen glukosa
selalu akan dihasilkan dari proses hidrolisis TKS, karena enzim yang digunakan
adalah ekstrak enzim kasar yang juga mengandung aktivitas selulase. Kondisi
optimum hidrolisis enzimatik dicapai pada pH 4,6 dan temperatur 41,6oC. Proses
hidrolisis enzimatik dapat dimodelkan dengan baik menggunakan model kinetik
Michaelis-Menten dengan parameter Vm =0,045 g/L/menit dan Km = 6,896 g/L.
Hidrolisat TKS yang sudah dihasilkan, digunakan sebagai substrat dalam
fermentasi xilitol. Kajian awal mengenai kondisi fermentasi xilitol dari hidrolisat
TKS dilakukan untuk menghasilkan perolehan xilitol yang maksimal. Evaluasi
proses fermentasi xilitol menggunakan substrat sintetik meliputi evaluasi jenis
ragi, kondisi aerasi dan penambahan ko-substrat glukosa, konsentrasi sel awal dan
pH fermentasi. Jenis ragi D. hansenii, kondisi semiaerobik, dan penambahan
kosubstrat glukosa 2,5 g/L pada kadar substrat xilosa 10 g/L memberikan tingkat
perolehan xilitol yang terbaik. Konsentrasi sel awal dan pH fermentasi secara
signifikan mempengaruhi produksi xilitol.
Kondisi fermentasi yang diperoleh kemudian diterapkan pada fermentasi xilitol
menggunakan substrat hidrolisat TKS dan menghasilkan xilitol dengan
konsentrasi 3,088 g/L, yield sebesar 0,24 g xilitol/g xilosa dan produktivitas
volumetrik xilitol sebesar 0,03 g/L/jam. Pada kondisi ini hanya 66% dari total
xilosa substrat yang diutilisasi. Xilitol diproduksi pada fase pertumbuhan dan
fasa stasioner. Apabila dibandingkan dengan substrat sintetik, dapat disimpulkan
iv
bahwa kandungan glukosa yang lebih banyak pada hidrolisat dapat menurunkan
yield xilitol. Proses fermentasi kemudian dimodelkan dengan kinetika
pertumbuhan Monod dan model Luedeking Piret untuk produksi xilitol.
Secara umum hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa rangkaian proses
hidrolisis enzimatik dan fermentasi dapat diterapkan untuk memproduksi xilitol
dari TKS. Namun demikian utilisasi substrat yang masih rendah sehingga
menyebabkan konsentrasi xilitol yang diperoleh belum maksimal. Selain itu
produk yang dihasilkan pada akhir penelitian ini adalah larutan xilitol yang
memerlukan proses pemisahan dan pemurnian produk lebih lanjut. Hal-hal
tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut sebelum proses ini dapat
diterapkan pada skala industri.
Keberhasilan penerapan proses yang terpadu untuk mengolah TKS menjadi xilitol
akan membuka jalan menuju kemandirian perekonomian nasional Indonesia yang
berbasis biomassa.
Kata kunci : fermentasi, hidrolisis enzimatik, pemodelan