digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tarian tradisional merupakan cabang kesenian nusantara yang sarat akan nilai budaya. Selain tampil dalam bentuk sebuah seni panggung, tari tradisional dapat pula ditransformasikan secara kreatif untuk dapat dinikmati dalam wujud arsitektur dengan maksud untuk memperkaya wawasan budaya nusantara dalam ranah arsitektur. Tesis ini mengangkat tari Saman Gayo sebagai tarian tradisonal populer khas Aceh menjadi konsep desain dalam perancangan Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Tujuannya adalah untuk memberikan usulan desain bandara yang dapat merepresentasikan tari Saman Gayo sebagai identitas kebudayaan Aceh. Mentransformasikan tari Saman Gayo ke dalam arsitektur dapat menggunakan pendekatan metafora agar dapat mendorong arsitek untuk berfikir bebas dalam melakukan eksplorasi terhadap desain yang representatif. Metafora pada tari Saman Gayo ini dilakukan dengan menguraikan unsur-unsur tangible (terukur) dan intangible (tak terukur) pada tari Saman Gayo ke dalam dua strategi desain, yaitu sebagai gubahan bentuk bangunan dan sequence. Strategi gubahan bentuk merupakan representasi visual khas dari tari Saman Gayo pada selubung bangunan. Sementara strategi sequence merupakan bentuk pertunjukan tari Saman Gayo yang dikemas dalam urutan ruang-ruang tematik berdasarkan sequence (urutan penyajian) tariannya. Selanjutnya pada proses perancangan ini, secara berulangulang (iterasi) dilakukan eksplorasi pencarian bentuk-bentuk representatif dari metafora tari Saman Gayo sekaligus disesuaikan dengan aspek fungsional bangunan bandara sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan desain. Hasil yang diperoleh dari metode ini adalah pengguna dapat menikmati suasana pertunjukan tari Saman Gayo yang terwujud desain arsitektur bandara Sultan Iskandar Muda.