digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam dengan dampak paling parah yang pernah terjadi. Kerugian akibat gempa tidak hanya berupa materi tetapi lebih dari itu banyak korba jiwa yang berjatuhan akibat gempa. Fenomena gempa yang sering terjadi di Indonesia mendorong pemerintah untuk mengeluarkan undangundang tentang bangunan gedung yaitu UU No.28 tahun 2002, salah satu poin dalam undang-undang ini adalah pemerintah menganjurkan adanya pengecekan secara berkala pada setiap bangunan di Indonesia termaksud rumah tinggal. Rumah vernakular dengan material kayu yang menjadi rumah mayoritas masyarakat di Indonesia termkasud Sulawesi Selatan merupakan rumah yang telah teruji tahan terhadap gempa. Hal tersebut karena rumah vernakular dulunya dibangun dengan material-material kelas I. Keterbatasan kayu kelas I seperti Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) di Sulawesi Selatan mendorong masyarakat mengganti kayu kelas I dengan kayu kelas II dan III seperti Kayu Kumea (Manilkara merrilliana). Fenomena inilah yang ingin coba dilihat oleh peneliti dengan mengkaji tingkat ketahanan rumah vernakular Sulawesi Selatan setalah adanya perubahan kualitas material struktur. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi lapangan dimana hasil dari observasi menjadi input dalam simulasi dengan SAP®200014.0.0 untuk melihat tingkat ketahanan rumah vernakular yang ada sekarang. Hasil yang diperoleh menunjukan bangunan mengalami ketidakstabilan pada jenis tanah sedang, berbeda dengan tanah keras bangunan memilki ketahanan yang baik, hal itu ditunjukan dengan simpangan yang muncul lebih kecil dengan simpangan izin.