2015_TS_PP_SUDARMAN_1-COVER.pdf
PUBLIC hidayat 2015_TS_PP_SUDARMAN_1-BAB_1.pdf
PUBLIC hidayat 2015_TS_PP_SUDARMAN_1-BAB_2.pdf
PUBLIC hidayat 2015_TS_PP_SUDARMAN_1-BAB_3.pdf
PUBLIC hidayat 2015_TS_PP_SUDARMAN_1-BAB_4.pdf
PUBLIC hidayat 2015_TS_PP_SUDARMAN_1-BAB_5.pdf
PUBLIC hidayat 2015_TS_PP_SUDARMAN_1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC hidayat
Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam dengan dampak paling parah
yang pernah terjadi. Kerugian akibat gempa tidak hanya berupa materi tetapi lebih
dari itu banyak korba jiwa yang berjatuhan akibat gempa. Fenomena gempa yang
sering terjadi di Indonesia mendorong pemerintah untuk mengeluarkan undangundang
tentang bangunan gedung yaitu UU No.28 tahun 2002, salah satu poin
dalam undang-undang ini adalah pemerintah menganjurkan adanya pengecekan
secara berkala pada setiap bangunan di Indonesia termaksud rumah tinggal.
Rumah vernakular dengan material kayu yang menjadi rumah mayoritas
masyarakat di Indonesia termkasud Sulawesi Selatan merupakan rumah yang
telah teruji tahan terhadap gempa. Hal tersebut karena rumah vernakular dulunya
dibangun dengan material-material kelas I. Keterbatasan kayu kelas I seperti Kayu
Ulin (Eusideroxylon zwageri) di Sulawesi Selatan mendorong masyarakat
mengganti kayu kelas I dengan kayu kelas II dan III seperti Kayu Kumea
(Manilkara merrilliana).
Fenomena inilah yang ingin coba dilihat oleh peneliti dengan mengkaji tingkat
ketahanan rumah vernakular Sulawesi Selatan setalah adanya perubahan kualitas
material struktur. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan observasi lapangan dimana hasil dari observasi menjadi input dalam
simulasi dengan SAP®200014.0.0 untuk melihat tingkat ketahanan rumah
vernakular yang ada sekarang. Hasil yang diperoleh menunjukan bangunan
mengalami ketidakstabilan pada jenis tanah sedang, berbeda dengan tanah keras
bangunan memilki ketahanan yang baik, hal itu ditunjukan dengan simpangan
yang muncul lebih kecil dengan simpangan izin.