digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kepulauan Mentawai merupakan suatu kepualauan yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatera dan dekat dengan zona subduksi. Daerah di sekitar zona subduksi cenderung memiliki aktivitas seismik yang aktif. Hal ini menyebabkan di Kepulauan Mentawai sering terjadi gempa bumi bahkan dapat memicu terjadi bencana lain yaitu tsunami. Gempa bumi yang terjadi di Kepualauan Mentawai pada 1 September 2017 menyebabkan adanya pergeseran titik di permukaan bumi, perubahan kecepatan, dan perubahan regangan. Teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk studi deformasi salah satunya adalah GPS. Pengamatan GPS dilakukan dengan melakukan pengamatan secara kontinu pada beberapa titik stasiun pengamatan GPS yang berada di sekitar Kepulauan Mentawai dan Pulau Sumatera. Data pengamatan GPS yang didapatkan kemudian diolah menggunakan perangkan lunak GAMIT/GLOBK untuk diketahui koordinat hariannya. Setelah koordinat harian diketahui, dilakukan perhitungan pergeseran titik stasiun pengamatan, perhitungan kecepatan, dan perhitungan regangan. Semua hasil perhitungan kemudian divisualisasikan menggunakan perangkat lunak GMT. Berdasarkan hasil pengolahan, titik stasiun pengamatan mengalami rata-rata pergeseran sebesar 1.95 mm. Pergeseran terbesar terjadi pada stasiun CPDG sebesar 4.37 mm. Pergeseran terkecil terjadi pada stasiun TIKU sebesar 0.85 mm. Arah vektor kecepatan baik sebelum maupun setelah gempa cenderung mengarah ke Timur Laut menjauhi episenter gempa. Baik sebelum maupun setelah Gempa 1 September 2017, kondisi regangan masih didominasi oleh shortening. Hal ini menunjukkan pada wilayah pengamatan setelah Gempa 1 September 2017 masih terjadi aktivitasi seismik dalam fase akumulasi energi (interseismic).