digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penjadwalan dan rute kunjungan ke pengecer merupakan permasalahan yang panting pada distributor Bandung 1 produk minuman kemasan PT. X. Penentuan penjadwalan dan rute kunjungan ke setiap pengecer yang dilakukan selama ini belum memiliki prosedur atau langkah yang baku dan jelas. Hal ini menyebabkan beberapa permasalahan diantaranya: (1) adanya kunjungan ke pengecer sedangkan pengecer tidak membutuhkan kunjungan tersebut, sebalikmya (2) tidak adanya pasokan produk ke pengecer menyebahkan tertundanya kebutuhan pasokan produk ke pengecer. (3) rute yang dilalui belum memperhatikan jarak tempuh. Ketiga permasalahan ini memberikan pengaruh terhadap peningkatan ongkos transportasi yang harus dikeluarkan oleh distributor Bandung 1. Penjadwalan dan rate kunjungan yang tepat diharapkan dapat memberikan total ongkos transportasi yang minimal. Permasalahan penjadwalan dan rute kunjungan pada penelitan ini merupakan periodic Vehicle Routing Problem (P VRP) yang merupakan variant dari Vehicle Routing Problem (VR.P). Usulan model yang dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada model Chao, et al [1995]. Kriteria performansi yang digunakan adalah total ongkos transportasi dalam satu periode. Variabel keputusan yang ditetapkan adalah: hari kunjungan, jumlah produk yang dipasok, jenis kendaraan yang digunakan dan rute yang dilalui pengecer dalam satu periode. Penentuan hari kunjungan dan jumlah produk yang dipasok dilakukan pembangkitan secara acak dengan batasan banyaknya kunjungan, jumlah permintaan total dalam satu periode dan kapasitas mat kendaraan pada setiap hari. Penentuan rute kunjungan menggunakan algoritma Clarke-aright dengan versi paralel sebagai metode konstruksi dan menggunakan algoritma 2-Opt sebagai metode perbaikan dari metode konstruksi. Penentuan seluruh variabel keputusan dilakukan secara heuristik dengan tampilan basil merupakan tampilan hasil pada skenario ke 30. Hasil penelitian menunjukkan penurunan total ongkos transportasi pada sistem aktual terhadap metode konstruksi sebesar 18,33%, dan terhadap metode perbaikan sebesar 18,98%, sedangkan penurunan total ongkos transportasi metode konstruksi terhadap metode perbaikan sebesar 0,79%.