digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


2018 TA PP SATRIO BAGUS PRABOWO 1.pdf ]
Terbatas Suharsiyah
» ITB

Penurunan produksi minyak dan kondisi reservoir yang sudah mencapai fasa matang (mature) pada sebagian besar lapangan minyak di Indonesia memunculkan kebutuhan akan peningkatan perolehan minyak (enhanced oil recovery), khususnya pada reservoir karbonat yang berjumlah lebih dari setengah reservoir di seluruh dunia sembari meningkatkan tantangan produksi akibat sifat kebasahan terhadap minyak (oil-wet) alamiah dari reservoir. Metode kimiawi seperti pengaliran surfaktan dapat digunakan untuk mengubah kebasahan dari reservoir untuk lebih condong basah terhadap air (water-wet) agar mempermudah pendesakan minyak dan meningkatkan produksi, namun besarnya biaya bahan kimia yang dibutuhkan dapat menghalangi penggunaannya pada industri minyak dan gas yang tidak stabil saat ini. Air formasi yang tersedia dalam jumlah yang sangat besar di dalam reservoir dapat digunakan bersama bahan kimia tersebut untuk meningkatkan produksi minyak, dan juga mampu mengurangi biaya yang muncul dari penggunaan bahan kimia dengan bertindak sebagai bahan pengganti parsial. Studi laboratorium ini dilaksanakan untuk menentukan kombinasi surfaktan dan air garam buatan (smart water) yang mencapai faktor perolehan (recovery factor) yang optimal, di mana smart water bertindak sebagai pengganti dari air formasi. Studi ini menganalisa pengaruh dari factor seperti konsentrasi surfaktan dan salinitas smart water untuk menentukan kebutuhan parameter dalam mencapai factor perolehan optimal. Sebagian besar studi ini terdiri dari pembuatan core karbonat, uji imbibisi spontan, dan pengukuran sudut kontak untuk fluida uji. Core yang digunakan pada studi ini terdiri dari butiran karbonat (CaCO3) dan partikel semen dengan perbandingan 3:1. Uji imbibisi dilakukan pada tiga seri yang berbeda dengan menggunakan sepuluh fluia uji yang terdiri dari smart water NaCl dengan dua salinitas yang berbeda (6,000 ppm dan 25,000 ppm), serta kombinasi dari empat salinitas smart water NaCl yang berbeda (2,000 ppm, 6,000 ppm, 10,000 ppm, dan 25,000 ppm) serta dua konsentrasi surfaktan yang berbeda (1% dan 2%). Pengukuran sudut kontak dari fluida uji ditujukan untuk menentukan deskripsi kebasahan dari core terhadap jenis-jenis fluida tes yang digunakan pada studi ini. Hasil uji imbibisi spontan menunjukkan faktor perolehan optimal sebesar lebih dari 98% oil in place yang dihasilkan oleh kombinasi konsentrasi surfaktan 2% dengan smart water 25,000 ppm. Hasil konsisten namu tidak sama besar juga didapatkan pada kombinasi konsentrasi surfaktan 1% dengan smart water 25,000 ppm, sehingga dapat diindikasikan bahwa faktor perolehan akan meningkat dengan konsentrasi surfaktan dan salinitas smart water. Smart water sendiri mampu mendesak minyak dari dalam core, namun pada jumlah yang jauh lebih sedikit sehingga mengindikasikan pengaruh keberadaan smart water yang minim dalam pendesakan minyak oleh fluida kombinasi. Hal ini didukung oleh perubahan nilai faktor perolehan pada kombinasi surfaktan 1% yang lebih kecil dibandingkan pada kombinasi surfaktan 2%, sehingga mengindikasikan dominansi dari surfaktan dalam mekanisme pendasakan minyak dari fluida kombinasi. Volume minyak terdesak yang nyaris sama pada rentang salinitas rendah (2,000 dan 6,000 ppm) serta rentang salinitas tinggi (10,000 ppm dan 25,000 ppm) dapat mengindikasikan keberadaan nilai salinitas optimal dari smart water yang dapat memberikan faktor perolehan dengan efisiensi optimal