digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pemanfaatan air waduk untuk pembangkit listrik tenaga air menjadi fungsi tambahan utama. Secara umum fungsi utama bendungan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dan air baku, namun tidak menutup kemungkinan energi potensial air dimanfaatkan. Beberapa tahun belakangan, hanya pembangkit listrik berkapasitas besar yang dibangun. Kini energi baru terbarukan mulai naik daun dan melirik potensi bendungan dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan listrik. Debit historis Sungai Cipunagara akan dipakai pada analisis untuk memperoleh pola produksi listrik paling optimal dan paling mendekati kenyataan di masa depan karena pola debit adalah berulang. Rencana pembangunan Waduk Sadawarna di DAS Cipunagara, Jawa Barat telah dimulai dari tahun 2004 hingga saat ini berada dalam tahap akhir pembebasan lahan sehingga dijadwalkan pekerjaan fisik dapat dimulai tahun 2018. Review akhir desain rencana Waduk Sadawarna ditetapkan elevasi crest spillway pada +80,00m dengan volume tampung sebesar 44,56 juta m3. Waduk Sadawarna direncanakan akan menyediakan air irigasi untuk 4.400Ha sawah, air baku sebesar 2,56m3/detik dan debit pemeliharaan 3,6 m3/detik serta pengendali banjir di hilir Sungai Cipunagara. Maksud dari penelitian ini adalah mengkaji optimalisasi pola operasi Waduk Sadawarna dengan mempertimbangkan keandalan debit historis dan bertujuan memilih skenario terbaik dalam analisis pemanfaatan air untuk produksi energi listrik. Metode simulasi dilakukan untuk optimalisasi dengan pengaturan demand – release pada tiga skenario. Skenario 1 dan 2 menerapkan variasi volume minimum pada elevasi 60m dan 65m dengan volume awal 40 juta m3. Sedangkan skenario 3 menerapkan Total Annual Demand (TAD) efisiensi dengan mengurangi persentase kebutuhan air irigasi sebesar 30% dan air baku sebesar 20% berdasarkan standar pelayanan minimal. Simulasi musim kering pada ketiga skenario menggunakan syarat batas minimal rasio kekurangan air sebesar 30%. Namun, pada kenyataannya batas minimal ini tidak selalu dapat dipenuhi. Perubahan pada syarat batas ini akan berdampak pada berkurangnya debit release sehingga produksi energi listrik berkurang dan atau luas sawah yang tidak terairi bertambah. Hasil analisis trade-off menunjukkan rasio kekurangan air pada angka 26% akan menghasilkan energi listrik sebesar 3.660 MWh/tahun dengan luas sawah yang tidak terairi 260 Ha/tahun. Semakin kecil short ratio maka semakin besar debit release sehingga energi listrik yang dihasilkan semakin besar jika head turbin besar pula. Sebaliknya semakin besar debit release maka semakin kecil luas sawah yang tidak terairi. Batas syarat short ratio