digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bisnis properti adalah salah satu bisnis yang paling berharga dan menguntungkan di dunia. Pasokan lahan terbatas sementara permintaan terus meningkat. Oleh karena itu, nilai tanah dan properti di atasnya selalu meningkat seiring waktu. Manna Property adalah perusahaan startup dalam pengembangan properti yang berbasis di Bandung. Sebagai perusahaan baru, Manna Property saat ini dalam kurva pembelajaran mengembangkan pengetahuan dalam properti kemudian mengimplementasikannya. Manna Property juga menyadari bahwa keterbatasan modal mendorong Manna Property untuk merencanakan dan menjalankan bisnisnya dengan sangat hati-hati. Sebagai perusahaan startup di properti, Manna Property menghadapi ketakutan akan tidak dapat memenuhi kebutuhan pelanggan di properti akhir-akhir ini. Ketakutan ini diperkuat oleh fakta bahwa Manna Property belum melakukan penelitian sebelum menghasilkan model bisnisnya. Model bisnis Manna Property saat ini adalah menggabungkan modal tinggi dan produk tingkat tinggi yang dapat menyebabkan ruginya perusahaan di masa mendatang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dan dimaksudkan untuk membantu Manna Property menghasilkan model bisnis yang sesuai untuk perusahaan startup di properti. Dalam analisis internal, Manna Property menemukan bahwa model bisnisnya menargetkan segmen pelanggan menengah ke atas dengan profil yang matang. Dalam analisis eksternal, PEST menghasilkan bagaimana pemerintah Indonesia mendorong bisnis properti dengan mengeluarkan Loan To Value (LTV). Porter’s Five Forces menghasilkan persaingan sedang sampai tinggi dalam bidang bisnis ini. Metodologi kuesioner menangkap aspirasi berbagai segmen pelanggan terhadap industri properti di mana pelanggan usia muda dan menengah adalah mayoritas responden yang memiliki ketertarikan dalam properti. Dalam wawancara mendalam menegaskan segmen pelanggan yang matang mencari properti dengan tingkat yang lebih tinggi dengan harga tinggi. Dengan banyak masukan, Manna Property memasangkan rumah cluster tingkat menengah (250-450 juta rupiah) dengan usia muda hingga menengah (20-40 tahun). Analisis STP, patokan, dan SWOT menegaskannya. Sebagai hasilnya, model bisnis yang sesuai untuk Manna Property adalah rumah cluster tingkat menengah (250-450 juta rupiah) dengan segmen pelanggan usia muda hingga menengah (20-40 tahun), penghasilan bulanan rata-rata lebih dari 5 juta, dan keluarga dengan usia pernikahan kurang dari 7 tahun. Hasil ini dituangkan dalam kanvas model bisnis Manna Property yang baru. Implementasi dilakukan di Proyek Cimenyan dengan anggaran yang diusulkan dan garis waktu proyek, dengan karakteristik model bisnis baru Manna Property.