digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perkembangan ilmu dan teknologi membawa dampak positif bagi penatalaksanaan psikotik, salah satunya skizofrenia, yaitu dengan penemuan obat antispsikotik generasi pertama (APG-I) dan generasi kedua (APG-II). Obat APG-I mempunyai keterbatasan berupa efek samping extrapyramidal syndrome (EPS) yang kemunculannya sangat mengganggu hingga menjadi salah satu faktor putusnya terapi pasien skizofrenia. Berdasarkan data rekam medik pada catatan pengobatan pasien dan hasil observasi kegiatan pemeriksaan di klinik psikiatri RSUD Soreang, didapatkan sampel kunjungan pasien skizofrenia sebanyak 223 pasien dengan rincian sebagai berikut: 5,83 % pasien tidak pernah menggunakan triheksifenidil (THF), 39,52 % pasien telah dihentikan penggunaan THF nya dan 127 pasien yang masih menggunakan THF dengan 19,69 % diantaranya masih menunjukan gejala EPS yang jelas. Penggunaan terapi THF bukan sebagai profilaksis anti EPS adalah 100 %. Penggunaan THF pada klinik ini tampak menurun, baik melalui pengurangan dosis atau penghentiannya. Akan tetapi , pengurangan dosis ini tidak berpengaruh pada kemunculan EPS, yang menunjukan bahwa perubahan dosis THF ini sudah sesuai. Meskipun demikian, masih diperlukan penilaian terhadap kemungkinan kemunculan EPS pada pasien yang menggunakan APG I + THF. Dalam hal ini, penyesuaian peresepan dalam bentuk pengurangan dosis antipsikotik dan/ atau penggantian APG I dengan APG II sesuai dengan gejala yang ada.