digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia. Namun, Indonesia belum mampu untuk memaksimalkan segala potensi dan kelebihan yang dimiliki oleh Indonesia itu sendiri. Agar Indonesia dapat bersaing secara global dengan negara-negara di dunia, Indonesia harus mampu memaksimalkan segala potensi dan kelebihan yang dimiliki oleh Indonesia itu sendiri. Salah satu caranya adalah Indonesia harus meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastrukturnya. Khususnya infrastruktur pelabuhan, Indonesia harus membangun lagi pelabuhan-pelabuhan baru dan mengembangkan pelabuhan-pelabuhan yang sudah ada agar kinerja pelabuhan menjadi efektif dan efisien. Hal ini tentu saja sejalan dengan program Pemerintah Republik Indonesia pada periode sekarang ini, dimana Pemerintah Republik Indonesia telah mencanangkan program “Tol Laut”. Tol Laut adalah konektivitas laut yang efektif berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal dari barat sampai ke timur Indonesia. Program Tol Laut bertujuan untuk pemerataan pembangunan di Indonesia. Disinilah dibutuhkannya peran dari pelabuhan-pelabuhan di Indonesia yang akan menghubungkan Indonesia dari barat sampai ke timur wilayah Indonesia. Program Tol Laut tersebut juga akan mendukung salah satu target Pemerintah Republik Indonesia yaitu menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia pada tahun 2045. Oleh karena itu, Pemerintah Republik Indonesia membuat rencana pengembangan Pelabuhan Belawan di Provinsi Sumatera Utara. Untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh pelabuhan rencana, maka pada Tugas Akhir ini akan dilakukan perancangan operasional pengembangan Terminal Peti Kemas Internasional Belawan (BICT) di Pelabuhan Belawan untuk menghitung kapasitas dermaga dan lapangan penumpukan yang direncanakan serta merencanakan peralatan operasional yang akan digunakan dan menghitung besarnya biaya modal (Capital Costs) dan biaya operasi dan pemeliharaan peralatan yang harus dikeluarkan untuk kegiatan operasional peti kemas. Pada Tugas Akhir ini, hal yang terlebih dahulu dilakukan adalah menentukan potensi arus peti kemas dari Terminal Peti Kemas Internasional Belawan di Pelabuhan Belawan untuk menentukan kapasitas rencana dari terminal peti kemas rencana. Kapasitas rencana tersebut akan digunakan untuk merancang dimensi dan kapasitas dermaga, serta kebutuhan alat bongkar muat. Setelah itu, kapasitas dermaga tersebut digunakan untuk merancang dimensi dan kapasitas lapangan penumpukan yang optimal untuk memenuhi kebutuhan terminal peti kemas rencana. Selanjutnya, dilakukan penentuan jumlah alat penumpukan yang dibutuhkan di lapangan penumpukan dengan melihat produktivitas bongkar muat. Setelah itu, dilakukan penentuan jumlah alat transportasi horizontal yang diperlukan untuk melaksanakan operasi terminal peti kemas. Selanjutnya, tahapan terakhir dari Tugas Akhir ini adalah dilakukan perhitungan biaya modal (Capital Costs) dan biaya operasi dan biaya pemeliharaan peralatan berdasarkan rancangan operasional terminal peti kemas. Berdasarkan Tugas Akhir yang telah dilakukan, maka diperoleh kapasitas dermaga pada terminal peti kemas rencana adalah 1.382.944 TEU's per tahun dengan tiga tambatan kapal dan sembilan unit STS (Ship to Shore) Crane yang dimana produktivitas setiap STS Crane adalah 31,4 box/jam dan kapasitas lapangan penumpukan pada terminal peti kemas rencana adalah 2.430.000 TEU’s per tahun dengan 30 blok penumpukan dan 30 unit RTGC (Rubber Tyred Gantry Crane) dimana produktivitas setiap RTGC adalah 25,7 box/jam. Jumlah trailer truck yang dibutuhkan untuk operasi terminal peti kemas adalah 18 unit. Total biaya modal (Capital Costs) peralatan penanganan peti kemas pada terminal peti kemas rencana adalah Rp 2.371.608.840.000 dan total biaya operasi dan pemeliharaan peralatan penanganan peti kemas pada terminal peti kemas rencana adalah Rp 928.627.956.000.