digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pemanfaatan batubara yang konvensional menimbulkan permasalahan bagi lingkungan. Salah satu proses pemanfaatan yang ramah lingkungan adalah gasifikasi. Gasifikasi mampu menghasilkan gas hidrogen yang banyak digunakan pada industri kimia. Akan tetapi, sebagian besar batubara yang ada di Indonesia merupakan batubara peringkat rendah, sehingga apabila digasifikasi akan menghasilkan konversi gas yang rendah. Peningkatan gas hidrogen dapat dilakukan dengan penambahan katalis berupa senyawa alkali dan alkali tanah. Senyawa tersebut dapat ditemukan di abu biomassa, sehingga kogasifikasi batubara dan biomassa merupakan solusi yang tepat. Akan tetapi, senyawa alkali dan alkali tanah dapat terdeaktivasi oleh senyawa yang terdapat di dalam abu batubara, yaitu silika. Silika dapat dihilangkan dengan proses demineralisasi. Salah satu metode demineralisasi yaitu pencucian batubara dengan larutan asam (pelindian asam). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi larutan asam, temperatur, waktu proses, serta ukuran partikel batubara terhadap proses demineralisasi dengan metode pelindian asam. Bahan yang digunakan adalah dua jenis batubara, yaitu subbituminus dan lignit. Sementara itu, larutan asam pencuci yang digunakan adalah HF dan HCl. Adapun rangkaian analisis yang dilakukan berupa analisis kadar abu batubara sebelum dan sesudah proses demineralisasi, analisis kandungan elemen, dan analisis luas permukaan. Proses demineralisasi dengan larutan HF dan HCl terbukti dapat menurunkan kadar abu, termasuk kandungan silika. Kandungan silika pada batubara berkurang sebesar 75,24-92,57% dengan larutan HF dan 68,57% dengan larutan HCl. Jenis dan konsentrasi larutan asam, temperatur, waktu, serta ukuran partikel berpengaruh secara signifikan terhadap besar penurunan kadar abu batubara. Luas permukaan batubara meningkat setelah proses demineralisasi baik pada penggunaan larutan HF maupun HCl.