digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pembentukan AAT dapat terjadi pada endapan epithermal high sulfidation pada cebakan bijih emas (Au), yang mana proses mineralisasi ini biasanya terbentuk pada suatu karakteristik zona alterasi (ubahan). Pada penelitian ini sampel batuan berasal dari endapan epithermal high sulfidation dengan tipe alterasi silica masive, advanced argillic dan argillic. Selanjutnya sampel tersebut dilakukan berbagai pengujian dalam mengkarakterisasi geokimia seperti uji statik, uji kinetik dan uji mineralogi serta pengujian kualitas air leaching dari hasil uji kinetik. Potensi pembentukan AAT juga dapat diprediksi melalui karakteristik tiap alterasi seperti karakter fluida dalam pembentukan dan kandungan mineral dari tiap alterasi. Hasil karakterisasi pada tiap sampel menyatakan sampel HS1 bersifat PAF-HC dan HS2 bersifat PAF-LC (silica massive), sampel HS3 bersifat PAF-HC, HS4 bersifat NAF (advanced argillic), sampel HS5 bersifat PAF-LC dan HS6 bersifat PAF-HC (argillic). Alterasi silica massive umumnya merupakan tempat hadirnya mineral pembangkit asam yang reaktif sehingga memiliki potensi kuat dalam pembentukan AAT, yang mana alterasi ini dicirikan dengan karakteristik pada sampel HS1. Kemudian pada tipe alterasi advanced argillic masih memiliki potensi yang sama kuat dalam kemampuan pembentukan AAT ataupun sebaliknya, dengan karakteristik seperti yang digambarkan pada sampel HS3 dan HS4. Selanjutnya pada alterasi argillic diklasifikasikan memiliki potensi dalam kemampuan pembentukan AAT, yang mana jika dihubungkan dengan genesa pembentukan pada alterasi ini dan hasil perbandingan klasifikasi yang dilakukan menunjukan karakteristik alterasi ini ialah pH < 4,5 dengan nilai TDS yang tidak terlampau tinggi seperti yang digambarkan pada sampel HS5. Hasil analisis juga menunjukkan kesamaan tipe alterasi tidak dapat menentukkan kesamaan hasil dalam karakteristik geokimia antara sampel.