digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Monitoring kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hingga saat ini masih dilakukan menggunakan Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) satelit Terra-Aqua yang memiliki kelemahan pada resolusi temporal sehingga memungkinkan adanya kejadian karhutla yang tidak terpantau. Maka dari itu, dalam penelitian ini akan digunakan satelit Himawari-8 yang memiliki resolusi temporal yang lebih tinggi yaitu 10 menit. Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) telah mengeluarkan produk hotspot namun belum diketahui keakuratannya sehingga perlu dilakukan validasi agar data tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal untuk tujuan monitoring penjalaran karhutla di Indonesia, khususnya Kalimantan Tengah. Validasi produk hotspot Himawari-8 dilakukan dengan menggunakan teknik buffer tunggal terhadap data hotspot MODIS dan Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) sebagai titik kebakaran. Deteksi asap dilihat dengan mengkombinasikan kanal 3 (0,64 μm), kanal 4 (0,86 μm), dan kanal 6 (2,3 μm) dari satelit Himawari-8. Uji coba monitoring dilakukan dengan mengoverlay data hotspot dengan citra Red Green Blue (RGB) Himawari-8. Pola deteksi hotspot dan persebaran asap yang mengindikasikan penjalaran karhutla dianalisis berdasarkan data angin reanalysis dari European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF). Validasi hotspot Himawari-8 keluaran JAXA pada sejumlah area of interest (AoI) di Kalimantan Tengah selama bulan Oktober 2015 menghasilkan nilai akurasi sebesar 11,125% jika menggunakan hotspot MODIS dengan level confidence ≥ 80% dan meningkat menjadi 13,155% jika divalidasi menggunakan hotspot MODIS semua level confidence. Monitoring penjalaran karhutla tetap dapat dilakukan dengan memanfaatkan data hotspot Himawari-8 keluaran JAXA yang dioverlay terhadap citra RGB false color satelit Himawari-8 walaupun hotspot Himawari-8 keluaran JAXA masih memiliki akurasi yang rendah.