digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Mengingkatkan standar hidup masyarakat merupakan factor dalam mendukung program pembangunan nasional. Perbankan sebagai institusi keuangan berperan dalam meningkatkan standar hidup masyarakat. Aktivitas perbankan dalam menyalurkan pinjaman tidak terlepas dari risiko penurunan nilai dan risiko tidak tertagih, maka dari itu bank harus mengantisipasi risiko tersebut dengan mempersiapkan sejumlah dana atau yang dikenal dengan Penyisihan Kerugian Pinjaman (LLP). Pergerakan naik dan turun LLP selama periode 2008 sampai dengan 2017 dapat mengindikasikan suatu permasalahan yang dapat berdampak kepada keberlanjutan industi perbankan dan lebih jauh lagi negara. Maka dari itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi peningkatan dan penurunan Penyisihan Kerugian Pinjaman. Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah Ukuran Bank, Kredit Bermasalah (NPL), Rasio Pinjaman terhadap Deposit (LDR), Rasio Kecukupan Modal (CAR), Inflasi dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan 19 bank yang termasuk dalam kategori BACB 3 dan BACB 4 yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan data ekonomi makro yang diperoleh dari Bank Indonesia selama kuartal pertama 2008 hingga kuartal keempat 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Panel EGLS (cross-section weight). Hasil regresi terhadap 6 variabel independen menunjukkan 2 diantaranya tidak signifikan terhadap Loan Loss Provision yaitu Rasio Pinjaman terhadap Deposit dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto. Kredit Bermasalah, Rasio Kecukupan Modal dan Inflasi memiliki dampak yang signifikan positif terhadap Loan Loss Provision, sedangkan Ukuran Bank memiliki dampak yang signifikan negative terhadap Penyisihan Kerugian Pinjaman. Penelitian ini memberikan rekomendasi terhadap industri perbankan untuk memberikan perhatian terhadap variabel independen yang memiliki hubungan signifikan dengan Penyisihan Kerugian Pinjaman. Analisis intercept juga dilakukan dengan hasil yang menunjukkan bahwa Bank BTN, Bank Bukopin dan Bank Mega memiliki intercept dengan nilai terendah maka dari itu ketiga bank ini harus lebih memperhatikan Penyisihan Kerugian Pinjamannya.