digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Salah satu sumber daya mineral yang dimiliki oleh Indonesia adalah bauksit. Indonesia memiliki cadangan bauksit yang cukup besar terutama di daerah Kalimantan Barat dengan total cadangan sekitar 1,1 milyar ton bijih (ESDM, 2012). Berdasarkan data U.S. Geological Survey pada tahun 2016, deposit bauksit di Indonesia menempati urutan ke-6 terbesar di dunia. Deposit bauksit di Indonesia termasuk kedalam tipe laterit yang merupakan hasil pelapukan dan pengayaan sekunder batuan beku kaya akan felspar. Bauksit yang merupakan bijih utama pembawa alumina sangat diperlukan dalam industri aluminium. Hanya bauksit yang memenuhi persyaratan untuk dapat dijadikan sebagai umpan proses Bayer yang dapat digunakan untuk proses memproduksi alumina dari bauksit. Adapun standar bauksit untuk umpan proses Bayer yaitu kadar Al2O3 > 51%, SiO2 < 7%, Rasio Al2O3/SiO2 > 10. Penelitian ini merupakan sebuah studi yang dilakukan sebagai salah satu alternatif benefisiasi terhadap pengolahan bauksit menggunakan metode flotasi kebalikan. Tujuan studi ini yaitu untuk menurunkan kadar silika dan menaikkan kadar alumina pada bauksit sehingga memenuhi syarat sebagai umpan proses Bayer. Percobaan dilakukan pada sel flotasi bervolume 1375 mL. Dodecylamine (DDA) dan AERO 3000C digunakan sebagai kolektor, pati termodifikasi (starch) sebagai depresan dan Dowfroth 1012 sebagai frother. Keseluruhan percobaan dilakukan pada kondisi persen padatan 25%. Kadar alumina dan silika hasil keseluruhan percobaan flotasi dianalisis dengan XRF. Hasil XRF pada produk flotasi menunjukkan terjadinya peningkatan kadar Al2O3 dan penurunan SiO2. Rentang pH optimum pada flotasi bauksit menggunakan kolektor DDA maupun AERO 3000C dapat dicapai pada pH 4 – 10. Dari hasil percobaan terlihat performa DDA lebih baik daripada AERO 3000C karena kadar Al2O3 yang dihasilkan lebih tinggi, yaitu 61,4%. Peningkatan dosis kolektor pada pH 10 memberikan hasil yang baik terhadap kadar Al2O3 yaitu 62% dan SiO2 29,4% dengan perolehan Al2O3 50,44% yang dicapai pada dosis kolektor 500 g/ton. Kadar Al2O3 lebih tinggi pada kondisi tanpa penambahan depresan yaitu 66,8% dengan kadar SiO2 berada pada angka 23,5%. Sementara untuk variasi fraksi ukuran, terlihat bahwa pemisahan semakin bagus pada ukuran partikel yang lebih halus yang ditandai dengan meningkatnya kadar alumina dan menurunnya kadar silika pada bauksit. Kondisi terbaik pada penelitian ini yaitu meningkatnya Al2O3 menjadi 79,1% dan penurunan SiO2 sampai 8,89% pada konsentrat yang dicapai dengan dosis kolektor DDA 400 g/ton, dosis depresan 400 g/ton dan fraksi ukuran -44 µm pada pH 10.