digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Permintaan bauksit berkualitas tinggi terus meningkat, terutama untuk kebutuhan Smelter Grade Alumina (SGA) Mempawah yang berfokus pada hilirisasi mineral di Indonesia. Bauksit dengan kadar alumina (Al?O? > 42%) dan total silika (SiO? < 19%) menjadi spesifikasi utama untuk mendukung proses produksi yang efisien. PT. Mega Citra Utama, salah satu pemasok bauksit di Kalimantan Barat, memiliki sumberdaya sebesar 33,58 juta ton washed bauxite (WBX) per Desember 2023, dengan kadar Al?O? 43,17% dan SiO? 22,46%. Namun, tingginya kandungan silika dalam sebagian besar cadangan menjadi tantangan yang harus diatasi melalui eksplorasi tambahan untuk memenuhi spesifikasi pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan perencanaan eksplorasi bauksit di wilayah PT. Mega Citra Utama dengan menggunakan pendekatan domain morfogeokimia dan efficiency function. Strategi ini bertujuan untuk menemukan wilayah eksplorasi baru dengan sumberdaya bauksit yang memiliki kadar silika lebih rendah serta menekan biaya eksplorasi melalui perencanaan yang efisien. Pendekatan pertama, analisis morfogeokimia, digunakan untuk mengidentifikasi area potensial bauksit berkualitas dengan membagi wilayah eksplorasi menjadi beberapa domain berdasarkan sebaran jenis batuan dasar. Pendekatan kedua, efficiency function, digunakan untuk menentukan jarak optimal sumur uji dengan mempertimbangkan probabilitas keberhasilan (reward) dan biaya eksplorasi per hektar (cost). Data penelitian mencakup hasil survei LiDAR pada area seluas 10,000 hektar dengan resolusi 2 meter, serta data dari 6,462 titik sumur uji dengan kedalaman rata rata 6,44 meter. Data biaya eksplorasi periode 2008–2013 dikonversi ke nilai 2024 dengan inflasi tahunan sebesar 4%. Analisis morfogeokimia mengidentifikasi empat domain utama, dengan Domain A diprioritaskan sebagai target eksplorasi karena kandungan alumina paling tinggi dan silika paling rendah (Al?O? 45,5% dan TSiO? 20%). Domain ini terletak di bagian tengah hingga utara wilayah penelitian. Berdasarkan analisis efficiency function, jarak optimal sumur uji ditetapkan 75 meter, dengan proyeksi biaya eksplorasi Rp 5,15 juta/ha, dan probabilitas keberhasilan 24,34%. Hasil penelitian menghasilkan dua blok target eksplorasi, yaitu blok pendetilan (627,67 ha) dengan potensi sumberdaya 2,22 juta ton WBX dan biaya eksplorasi Rp 3,23 miliar, serta blok regional (621,91 ha) dengan potensi 2,03 juta ton WBX dan biaya Rp 2,65 miliar. Total sumberdaya yang dihasilkan adalah 4,26 juta ton WBX.