digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia masih menggunakan sistem kumpul-angkut-buang dalam penangangan sampahnya. Penelitian ini lebih difokuskan pada sistem pengangkutan sampah. Hampir setiap hari pengangkutan sampah dari Tempat Penampungan Sementara (TPS) di Jakarta terjadi. Tentunya antrian panjang akan terjadi jika seluruh truk sampah langsung masuk menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Keberadaan Stasiun Peralihan Antara (SPA) dianggap solusi yang efektif karena truk sampah yang telah berumur tua tidak harus langsung ke TPA. Tentunya, hal ini akan berpengaruh terhadap biaya transportasi. Di SPA, sampah akan mengalami pengepresan sehingga diharapkan truk yang masuk ke TPA menjadi berkurang. Penelitian ini memfokuskan kepada minimasi rute dari jarak tempuh truk-truk tersebut dari garasi-TPS, TPS-SPA dan SPA-TPA. Penentuan rute pengambilan sampah merupakan salah satu bentuk permasalahan penentuan rute kendaraan atau lebih dikenal dengan VRP (Vehicle Routing Problem). Untuk menentukan rute terpendek akan digunakan metode meta-heuristik, yaitu tabu search 2 fase. TPS yang diteliti adalah TPS yang bertipe container di Jakarta Barat sejumlah 43 buah dan mobil pengangkutan jenis Arm Roll berkapasitas 10 M3 sebanyak 38 buah truk. Didapatkan penugasan masing-masing truk ke TPS-TPS yang terpilih dan hasil minimasi rute yang harus ditempuh alat pengangkut yaitu sepanjang 2.675,3 Km. Dapat dilihat juga bahwa Sudin Jakarta Barat hanya perlu menggunakan 26 armadanya karena kebutuhan truk pengangkut untuk TPS-TPS yang bertipe container telah terpenuhi. Dengan jarak tersebut, maka total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 1.737.255,-. Dengan analisis sensitivitas berikutnya, diketahui bahwa dengan penambahan kapasitas container SPA dari truk TPS sebanyak 8 truk, maka minimasi rute yang diperoleh akan semakin pendek, yaitu sejauh 2523,1 Km.