Sukrosa laurat merupakan senyawa surfaktan yang dewasa ini semakin diminati, terutama karena aman dalam penggunaannya (tidak iritatif terhadap kulit) dan bersifat ramah lingkungan “biodegradable”. Sukrosa laurat termasuk dalam kelompok karbohidrat-ester-asam lemak, atau dalam perdagangan dikenal sebagai SFAE (Sucrose Fatty Acid Ester). Karena SFAE dapat disintesis dari bahan alam yang layak dikonsumsi (edible) seperti gula dan minyak nabati, dan produk yang dihasilkan telah terbukti aman bagi manusia, maka di sejumlah negara, sukrosa laurat telah menjadi pilihan utama bahan surfaktan untuk keperluan industri makanan, kosmetik, dan obat-obatan. Pada penelitian ini, sukrosa laurat disintesis melalui reaksi transesterifikasi sukrosa dengan metil laurat (hasil transesterifikasi minyak kelapa dengan metanol dari penelitian sebelumnya). Dari reaksi sukrosa sebanyak 3,42 gram dan metil laurat sebanyak 2,14 gram, diperoleh hasil reaksi berupa padatan putih sukrosa laurat sebanyak 4,85 gram (rendemen 92,52%). Sebelum reaksi transesterifikasi dilakukan, metil laurat sebagai produk FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dari penelitian sebelumnya dikonsentrasikan (dipekatkan) untuk memisahkan ester-asam lemak rantai panjang (C8-C16) dari ester-asam lemak rantai pendek (< C6) melalui proses kompleksasi urea (urea complexation). Reaksi transesterifikasi dilakukan selama 24 jam dengan suhu reaksi sekitar 60 oC menggunakan sistem katalisis besi-NaOH. Senyawa produk hasil sintesis dicuci menggunakan aseton dan campuran pelarut-pelarut etanol : aseton : metanol = 6 : 3 : 1 (v/v/v) untuk menghilangkan sisa-sisa pereaksi. Produk kemudian dikarakterisasi dengan spektroskopi FTIR dan NMR. Dari spektrum inframerah produk, diamati munculnya puncak serapan pada panjang gelombang 1058 dan 1109 cm-1 yang menandakan adanya ikatan C-O (ester) pada produk. Sementara pada spektrum 1H NMR (500 MHz, D2O) muncul sinyal pada geseran kimia 1,13 dan 5,12 ppm yang merupakan ciri khas pada senyawa sukrosa laurat. Uji sifat fisik produk sebagai senyawa surfaktan dilakukan dengan pengukuran tegangan permukaan dan tegangan antarmuka menggunakan metode cincin du Nouy, penentuan ESI (Emulsion Stability Index), serta penentuan nilai HLB (Hydrophile-Lipophile Balance). Pada konsentrasi 50 ppm, diperoleh nilai tegangan permukaan sebesar 31,12 dyne/cm, nilai tegangan antarmuka (terhadap o-xilena) sebesar 33,26 dyne/cm, dan nilai ESI sebesar 55,56%. Nilai HLB yang ditentukan dengan metode titrimetri diperoleh sebesar 15,70.
Perpustakaan Digital ITB