Kalender merupakan salah satu aspek yang cukup penting bagi kehidupan masyarakat Jawa yang masih lekat dengan kepercayaan akan adanya hari-hari baik dan buruk untuk melakukan berbagai kegiatan. Mereka memiliki sistem penanggalan asli yang telah digunakan secara sistematik sejak abad ke-8 Masehi, dan seiring berjalannya waktu mengalami banyak perubahan dalam berbagai aspek, termasuk acuan utamanya (Matahari dan Bulan). Tidak hanya kalender yang dapat digunakan secara umum, ternyata masyarakat Jawa juga memiliki sistem kalender tersendiri untuk mengatur kegiatan yang menjadi mata pencaharian utama mereka sejak berabad-abad yang lalu, yaitu bertani. Sistem kalender yang pada tahun 1855 akhirnya diresmikan dengan nama kalender Pranatamangsa ini didasari oleh ilmu titen, yaitu mengamati kejadian yang berulang, baik yang berlangsung di wilayah sekitar mereka tinggal, ataupun kejadian yang berkaitan dengan munculnya benda-benda langit di arah dan waktu tertentu. Selain mengamati bayangan Matahari, juga terdapat beberapa nama dari benda-benda langit yang kemunculannya digunakan sebagai acuan awal musimmusim bertani seperti Sapigumarang, Tagih, Banyakangrem, Jarandhawuk, Gotongmayit, Bimasakti, Lumbung, Waluku, Wuluh, dan Wulanjar Ngirim. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa selain faktor-faktor alam yang berpengaruh langsung terhadap kegiatan bertani, astronomi juga merupakan bagian dari kalender Pranatamangsa. Penelitian pada Tugas Akhir ini difokuskan untuk mengidentifikasi bendabenda langit tersebut dari segi latar belakang penamaan dan arah serta waktu bendabenda langit tersebut jika dilihat dari daerah Jawa Tengah, khususnya Boyolali.