Teknologi Tepat Guna (TTG) adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, ramah lingkungan, dapat
dimanfaatkan dan dipelihara oleh masyarakat secara mudah, serta menghasilkan
nilai tambah dari aspek ekonomi dan aspek lingkungan. Penggunaan TTG di
masyarakat merupakan salah satu strategi Pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk khususnya komoditas
pertanian. Namun demikian, muncul permasalahan bahwa banyak mesin TTG
belum mempertimbangkan karakteristik dan kemampuan penggunanya. Oleh
karena itu, penelitian ini mengusulkan prinsip desain serta metode evaluasi untuk
mesin TTG. Penelitian ini fokus pada TTG mesin pengolahan produk pertanian
karena banyak dimanfaatkan oleh petani dan masyarakat Indonesia khususnya
Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM). Model dikembangkan untuk
menyelesaikan permasalahan desain dan pemanfaatan TTG di masyarakat dengan
memperhatikan faktor ergonomi sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan
produktivitas.
Tahap pertama penelitian dilakukan tahapan pengembangan model dengan studi
literatur, wawancara dan observasi lapangan. Observasi lapangan dan wawancara
dilakukan ke pengguna TTG. Responden penelitian tahap ini sebanyak delapan
orang responden. Observasi lapangan dilakukan dengan tujuan untuk melakukan
pengamatan secara langsung praktek penggunaan TTG di masyarakat dan
memahami kendala-kendala yang dirasakan oleh pengguna terkait dengan desain
TTG. Tahapan kedua yaitu pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner
dengan tujuan untuk mendapatkan faktor-faktor desain TTG. Responden penelitian
adalah perancang dan pengguna TTG. Jumlah responden pada tahapan ini yaitu
sebanyak 221 orang. Pengolahan data menggunakan metode principal component
analysis (PCA) dan importance performance analysis (IPA). Tahapan ketiga adalah
evaluasi mesin TTG dengan uji usabilitas secara subjektif maupun objektif
menggunakan kuesioner system usability scale (SUS) dan eksperimen
menggunakan alat electroencephalograph (EEG) dan heart rate monitor (HRM).
Hasil observasi langsung di lapangan serta wawancara, menunjukkan secara umum
terdapat tujuh permasalahan penggunaan mesin TTG yaitu aspek fungsional, beban
kerja fisik, teknis, energi, keamanan, perawatan dan perbaikan, kemudahan
penggunaan dan dimensi alat. Hasil analisis PCA menghasilkan enam prinsip dan
42 indikator desain yaitu aman dan mencegah kesalahan, fungsional dan ekonomis,
mudah digunakan, kompatibel dengan pengguna, upaya fisik yang rendah, dan
informasi mudah dipahami. Hasil analisis IPA menunjukkan ada beberapa hal yang
perlu ditingkatkan dan diperbaiki dari desain TTG. Perbaikan yang perlu
diprioritaskan yaitu pentingnya mesin TTG memiliki panduan terkait penggunaan
serta perlunya desain mesin TTG memperhatikan aspek keamanan.
Tahap ketiga penelitian yaitu evaluasi mesin TTG. Pemilihan mesin TTG yang
dievaluasi dilakukan melalui wawancara kuesioner dengan pakar. Faktor yang
dipertimbangkan yaitu tahapan proses (set up, operation, finish) dan jenis mesin
TTG dengan tingkat ergonomis berbeda (mesin pencetak mie tipe mini ekstruder,
mesin pencetak mie tipe ekstruder, mesin pencetak mie tipe sheeting slitting).
Eksperimen dilakukan dengan within subject design menggunakan 22 partisipan.
Parameter EEG yang dievaluasi yaitu gelombang delta, teta, alfa dan beta
sedangkan parameter heart rate variability (HRV) yang dievaluasi meliputi root
mean square of successive RR interval differences (RMSSD), standard deviation of
the NN interval (SDNN), high frequency (HF), low frequency (LF) dan rasio LF/HF.
Pada studi ini juga dilakukan evaluasi usabilitas menggunakan kuesioner SUS.
Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan metode evaluasi desain TTG serta
menentukan parameter fisiologis yang sensitif dan akurat dalam evaluasi mesin
TTG.
Parameter EEG yang digunakan pada penelitian ini gelombang delta, teta dan alfa
menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara mesin TTG pada tahap operation
sedangkan gelombang beta menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada tahap
set-up. Gelombang delta menunjukkan adanya fluktuasi nilai rata-rata sedangkan
gelombang teta, alfa dan beta menunjukkan adanya penurunan nilai rata-rata dari
mesin 1 ke mesin 3. Usabilitas suatu produk secara umum ditandai dengan adanya
peningkatan gelombang teta, peningkatan gelombang alfa dan penurunan
gelombang beta. Parameter HRV yaitu SDNN, RMSSD, LF, HF dan rasio LF/HF
menunjukkan adanya variasi peningkatan dan penurunan nilai rata antara tiap
tahapan proses antar mesin. Namun demikian secara statistik hanya parameter rasio
LF/HF yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan. Hasil kuesioner SUS
menunjukkan bahwa secara subjektif mesin mini ekstruder memiliki usabilitas
paling baik diikuti oleh mesin sheeting slitting dan mesin ekstruder. Berdasarkan
hasil penelitian ini, metode pengujian evaluasi mesin TTG berdasarkan fisiologis
dengan HRV dan EEG dapat digunakan indikator rasio LF/HF dan gelombang alfa.