digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Secara geografis, Kawasan Cekungan Bandung berada di DAS Citarum bagian hulu. Hal ini membuat keadaaan fisik DAS Citarum memengaruhi fungsi kawasan Cekungan Bandung sebagai kawasan andalan dan strategis nasional. Diketahui bahwa keadaan lingkungan dan fisik DAS Citarum bagian hulu semakin memburuk seiring dengan pertambahan penduduk dan maraknya alih fungsi lahan di kawasan DAS tersebut. Akibatnya banyak timbul permasalahan lingkungan seperti banjir yang diduga dipengaruhi oleh faktor tutupan lahan. Tutupan lahan memegang peranan penting dalam siklus hidrologi yang berfungsi sebagai penyerap air hujan dan mengurangi terjadinya limpasan permukaan. Pengujian dampak perubahan tutupan lahan terhadap debit dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah dengan pemodelan hidrologi. Tujuannya adalah untuk dapat mengkuantifikasi pengaruh tutupan lahan terhadap debit di DAS Citarum bagian hulu. Instrument yang digunakan adalah model STREAM yang secara spasial mampu menghasilkan nilai debit sebagai hasil interaksi rainfall-run off di suatu tangkapan area. Peta tutupan dan penggunaan lahan yang digunakan adalah peta tutupan lahan historis (1994-2005), penggunaan lahan eksisting tahun 2013, dan pola ruang RTRW Kawasan Cekungan Bandung. Data lain yang diperlukan di dalam STREAM adalah data iklim dan DEM (Digital Elevation Model). Data iklim bersumber dari CRU (Climate Research Unit) dengan resolusi 18x18 km dan menggunakan data ikim time series TS 3.0 dari Januari 1976-Juni2006). Variabel iklim pada pemodelan ini diasumsuikan tetap sehingga yang dirubah-rubah adalah variabel tutupan dan penggunaan lahan. Data DEM dari ASTER GDEM dengan resolusi 30 m x 30 m. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan debit di stasiun yang diamati (Nanjung, Dayeuhkolot, Majalaya). Debit model yang dihasilkan dari tutupan lahan tahun 1994-2005, 2013, dan dari pola ruang RTRW Cekungan Bandung adalah peningkatan di setiap tahun pemodelan. Hal ini diakibatkan oleh pertambahan luasan kawasan terbangun sedangkan kawasan tidak terbangun menjadi berkurang. Luasan lahan terbangun yang ada di rencana pola ruang RTRW bertambah sekitar 15% dari luasan lahan terbangun dibandingkan dengan tahun 2013. Oleh karena itu, diperlukan beberapa intervensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan pemanfaatan pola ruang di Kawasan Cekungan Bandung mengingat implikasi tutupan lahan dan penggunaan lahan terhadap debit menjadi meningkat.