Teknologi Interferometry Synthetic Aperture Radar (INSAR) sebenarnya sudah lama dikembangkan di luar negeri. Penggunaan teknologi ini dalam keilmuan geodesi saat ini sudah banyak dikembangkan karena kemampuannya untuk membangun DEM dan cukup akurat terhadap perubahan-perubahan kecil di permukaan bumi (deformasi). Thesis ini membahas tentang penggunaan teknologi INSAR untuk pemantauan deformasi di Indonesia yang memang dirasa masih sangat kurang. Data yang digunakan mencakup tiga data satelit, yaitu ALOS PALSAR, ERS1/2 dan ENVISAT. Untuk mengolah data-data tersebut, digunakan software Gamma dan metode 2-pass differential interferometry. Data DEM dari SRTM di pakai sebagai auxiliary data dalam pengolahan data. Data yang diolah meliputi lima area studi, yaitu Wilayah Bandung, Kota Semarang, Kota Medan, Gunung Api Batur, dan Gunung Api Ibu. Tiap area studi memiliki karakteristik yang unik, sehingga dapat memberikan pembelajaran dalam pengolahan data InSAR dengan baik. Dari hasil pengolahan dapat dilihat bahwa ketiga kota besar yang dilakukan kajian mengalami penurunan tanah. Wilayah Bandung dan Medan mengalami pola deformasi yang serupa yaitu sangat lokal, sedangkan Kota Semarang pola deformasinya lebih bersifat regional. Deformasi yang terjadi di Gunung Api Batur sangat kecil, dan mendukung hasil pengolahan sebelumnya (Ony, 2008). Deformasi serupa juga dapat terlihat pada hasil pengolahan data Gunung Ibu. Sayangnya, koherensi pada hasil pengolahan data kedua gunung api dalam thesis ini kurang baik, sehingga hasil yang diberikan pada hasil pengolahan data kurang informatif. Buruknya derajat koherensi pada data yang diolah, sebagian besar diakibatkan oleh tutupan kanopi yang lebat, dimana hal ini sangat umum di Indonesia. Di wilayah Bandung, Kota Semarang, dan Kota Medan, tutupan air mengakibatkan turunnya nilai koherensi secara signifikan.
Perpustakaan Digital ITB