Tumbuhan Cryptocarya yang dikenal dengan nama daerah “Medang” merupakan salah satu genus utama dari famili Lauraceae. Genus ini memiliki sekitar 327 spesies yang terdapat di daerah beriklim tropis dan subtropis dan merupakan pohon kayu sehingga banyak dimanfaatkan untuk bahan bangunan, bahan perabot, dan bahan baku pulp pada industri kertas. Cryptocarya juga telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional, di antaranya untuk menyembuhkan nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala, mual, dan infeksi karena jamur dan bakteri. Berdasarkan penelusuran literatur, metabolit sekunder utama Cryptocarya adalah kelompok alkaloid, piron dan flavonoid. Selain itu, ditemukan pula senyawa kelompok lignan, stilben, kumarin, terpenoid, steroid, dan turunan asam karboksilat. Senyawa-senyawa tersebut memiliki bioaktivitas yang beragam, seperti aktivitas sitotoksik terhadap beberapa sel kanker, antimalaria, antibakteri, dan antiinflamasi. Kajian fitokimia dan bioaktivitas Cryptocarya Indonesia masih terbatas pada jaringan kulit batang, kayu batang atau akar. Kajian fitokimia pada jaringan daun jarang dilakukan dan kajian jaringan daun C. tomentosa bahkan belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan isolasi metabolit sekunder dari daun C. tomentosa dan uji bioaktivitasnya terhadap sel murin leukemia P-388. Isolasi senyawa dari daun C. tomentosa tersebut meliputi beberapa tahap, yaitu ekstraksi serta fraksinasi dan pemurnian menggunakan beberapa teknik kromatografi seperti kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi kolom gravitasi (KKG) dan kromatografi radial (KR). Penentuan struktur senyawa murni hasil isolasi dilakukan berdasarkan analisis data spektroskopi NMR 1D (1H dan 13C) dan 2D (HSQC, HMBC, dan TOCSY). Daun C. tomentosa sebanyak 1,9 kg dimaserasi dengan metanol sehingga diperoleh ekstrak metanol sebanyak 296 gram. Selanjutnya, pada ekstrak MeOH dilakukan pemisahan klorofil dengan penambahan MeOH-air dan dilanjutkan dengan partisi menggunakan etil asetat sehingga diperoleh ekstrak EtOAc sebanyak 40 gram. Ekstrak EtOAc kemudian difraksinasi menggunakan teknik kromatografi cair dengan eluen n-heksana - EtOAc yang ditingkatkan kepolaranya sehingga diperoleh tujuh fraksi utama (fraksi A-G). Pemisahan dan pemurnian terhadap 5 fraksi utama yaitu, fraksi B-F dilakukan dengan teknik KCV, KKG dan KR sehingga diperoleh empat senyawa murni. Dua senyawa yang diidentifikasi sebagai kuersetin dan dihidrokuersetin diperoleh dari fraksi B melalui pemisahan dan pemurnian menggunakan teknik KCV dan KKG.
Sementara itu, dari hasil fraksinasi dan pemurnian fraksi C menggunakan teknik kromatografi yang sama didapatkan senyawa dihidrokuersetin. Senyawa flavonoid selanjutnya, (+)-katecin dan taksifolin-3-O-α-L-arabinofuranosida, secara berturut-turut diperoleh dari fraksi D dan E. Taksifolin-3-O-α-L-arabinofuranosida juga diperoleh dari fraksi F. Keempat senyawa ini merupakan metabolit sekunder dari golongan flavonoid yang terdiri dari 3 jenis flavonoid yang berbeda. Kuersetin merupakan flavonoid dari jenis flavonol, dihidrokuersetindan taksifolin-3-O-α-L-arabinofuranosida memiliki kerangka flavonoid dari jenis flavanol, sedangkan (+)-katecin adalah flavonoid dari jenis flavan-3-ol. Tiga jenis flavonoid ini dibedakan oleh jenis ikatan pada atom C-2, C-3 dan C-4. Berdasarkan jalur biogenesisnya, keempat senyawa ini terbentuk dari gabungan dua jalur biogenesis yakni jalur sikimat dan jalur asetat-malonat. Tiga senyawa hasil isolasi tersebut yakni dihidrokuersetin, (+)-katecin, dan taksifolin-3-O-α-L-arabinofuranosida dilaporkan untuk pertama kalinya dari genus Cryptocarya, namun senyawa kuersetin sebelumnya telah diperoleh dari C. alba. Uji sitotoksisitas terhadap sel murin leukemia P-388 telah dilakukan pada ekstrak etil asetat daun C. tomentosa dan tiga senyawa hasil isolasi, dihidrokuersetin, (+)-katecin, dan taksifolin-3-O-α-L-arabinofuranosida, menunjukkan bahwa baik ekstrak EtOAc maupun tiga senyawa tersebut tidak aktif.
Perpustakaan Digital ITB