Batubara adalah salah satu sumber energi terbesar yang tersedia di Indonesia. Namun, sebagian besar dari batubara tersebut adalah batubara kualitas rendah dan sedang, yang memiliki nilai kalor rendah sehingga tidak efisien untuk langsung dibakar. Di sisi lain, Indonesia memiliki potensi biomassa yang melimpah. Biomassa dapat dijadikan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan apabila dibandingkan batubara. Peningkatan kualitas batubara peringkat rendah menjadi bahan bakar yang lebih efisien dan ramah lingkungan dapat dilakukan melalui kopirolisis dengan biomassa menjadi bahan bakar yang dinamakan batubara hibrida. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan pengaruh komposisi campuran biomassa dan waktu tinggal proses kopirolisis batubara dengan biomassa terhadap perolehan batubara hibrida. Penelitian ini menggunakan batubara peringkat rendah dan serbuk gergaji sebagai bahan baku. Kopirolisis dilaksanakan menggunakan tungku tubular vertikal pada kondisi inert dengan tekanan atmosferik dan temperatur diatur pada 300oC. Kondisi inert dicapai dengan mengalirkan gas nitrogen ke dalam tungku pada laju alir 1,6 L/menit. Komposisi biomassa divariasikan pada 20, 30 dan 40% dari massa total campuran. Waktu tinggal kopirolisis divariasikan pada 30, 60, dan 90 menit. Batubara hibrida dikarakterisasi dengan analisis proksimat, analisis ultimat, perhitungan nilai kalor, dan perhitungan pengurangan karbon dioksida (CO2) tak netral. Peningkatan waktu kopirolisis dari 30 ke 90 menit menyebabkan peningkatan nilai kalor sebesar 12,57-23,80%, atau pada kisaran nilai kalor 23.688-26.053 Joule/gr. Dari hasil analisis proksimat, kadar karbon tertambat naik seiring dengan kenaikan waktu kopirolisis. Kadar karbon tertinggi diperoleh pada variasi waktu 90 menit, pada kisaran 49,36-49,75%. Kenaikan komposisi serbuk gergaji dari 20-40% menurunkan nilai kalor sebesar 0,58-8,55%. Hasil analisis nilai kalor menunjukkan 8 dari 9 sampel batubara hibrida berhasil digolongkan ke batubara bituminus. Dari hasil perhitungan secara teoritis, batubara hibrida menghasilkan emisi CO2 tak netral yang lebih rendah, berkisar antara 22,63-44,35%.
Perpustakaan Digital ITB