Sekitar setengah cadangan minyak dunia terdapat pada reservoir karbonat (Rochl dan Choquette, 1985) dengan 80-90% memiliki sifat oil wet (Chillingar dan Yen, 1983). Dalam usaha untuk meningkatkan perolehan minyak pada reservoir tersebut, salah satu metode yang umum digunakan adalah EOR (enhanced oil recovery) dengan menggunakan chemical yaitu surfaktan. Surfaktan merupakan senyawa organik yang dapat menurunkan tegangan antar-muka antara fluida non-wetting dan fluida wetting sehingga dapat meningkatkan efisiensi pendesakan, serta mengubah sifat kebasahan (wettability) batuan yang membuat minyak dalam pori-pori batuan menjadi lebih mudah untuk didesak keluar. Studi laboratorium yang dilakukan bertujuan untuk menentukan larutan surfaktan yang dapat memberikan recovery factor paling optimum, serta mengetahui pengaruh dari efek konsentrasi surfaktan, co-surfactant, dan beda ukuran core sample terhadap perolehan minyak pada kasus heavy oil dari lapangan Z yang merupakan reservoir karbonat.
Studi laboratorium yang dilakukan terdiri dari tiga proses utama yaitu pembuatan artificial core karbonat, uji imbibisi spontan, dan pengujian sudut kontak. Dalam pembuatan artificial core, core dibuat dengan mencampurkan semen dan karbonat (kalsit/CaCO3) dengan komposisi 30% semen dan 70% karbonat. Uji imbibisi spontan dilakukan menggunakan air formasi dan enam jenis larutan yang berbeda yaitu tiga variasi konsentrasi 1%, 1.5%, dan 2% untuk dua variasi perbandingan antara surfaktan G-120 dan co-surfaktant T-120. Selain itu, percobaan juga dilakukan dengan menggunakan core sample yang memiliki ukuran yang berbeda untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan. Pengujian sudut kontak dari artificial core bertujuan untuk mengetahui kebasahan dari batuan karbonat terhadap air formasi, minyak lapangan Z dan larutan surfaktan yang digunakan.
Berdasarkan hasil percobaan imbibisi spontan yang dilakukan, diperoleh bahwa larutan surfaktan konsentrasi 2% dengan perbandingan G-120 dan T-120 yaitu 9:1 pada core kecil menghasilkan recovery factor yang paling tinggi dengan waktu perolehan yang cenderung paling cepat dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Semakin besar konsentrasi surfaktan, semakin besar recovery factor yang diperoleh. Dalam percobaan, perbandingan jumlah surfaktan dan co-surfactant berbeda yang digunakan tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan. Hal ini karena fungsi dari co-surfactant yaitu hanya sebagai penstabil larutan surfaktan yang dibuat. Recovery factor yang dihasilkan pada core sample yang berbeda ukuran untuk larutan surfaktan yang sama menghasilkan nilai yang berbeda. Hal ini selain karena volume minyak yang terkandung dalam core sample berbeda, butuh waktu bagi surfaktan untuk mencapai pori-pori terdalam. Namun demikian, jumlah minyak yang terdesak untuk kedua kasus tersebut cenderung sama. Semakin besar ukuran core, semakin besar daya pendesakan yang dibutuhkan oleh surfaktan dan semakin rendah kecepatan surfaktan untuk masuk ke dalam keseluruhan pori-pori core. Surfaktan dapat kehabisan daya atau energi untuk mengimbibisi minyak yang berada pada pori-pori core yang lebih dalam.
Perpustakaan Digital ITB