digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER BETRI ERYO PRATAMA (NIM : 12507009)
Terbatas  Roosalina Vanina Viyazza
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 BETRI ERYO PRATAMA (NIM : 12507009)
Terbatas  Roosalina Vanina Viyazza
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 BETRI ERYO PRATAMA (NIM : 12507009)
Terbatas  Roosalina Vanina Viyazza
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 BETRI ERYO PRATAMA (NIM : 12507009)
Terbatas  Roosalina Vanina Viyazza
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 BETRI ERYO PRATAMA (NIM : 12507009)
Terbatas  Roosalina Vanina Viyazza
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA BETRI ERYO PRATAMA (NIM : 12507009)
Terbatas  Roosalina Vanina Viyazza
» Gedung UPT Perpustakaan

Bioleaching adalah proses pelindian untuk melarutkan logam dari bijihnya dengan bantuan aktivitas mikroba seperti bakteri dan jamur. Penelitian-penelitian pelindian dengan bantuan bakteri (bacterial leaching) yang sudah dilakukan, lebih banyak dilakukan untuk mineral-mineral sulfida dan difokuskan pada penggunaan bakteri heterotrof yaitu yang memperoleh energi dengan mengonsumsi bahan organik dan kemolitotrof yaitu yang memanfaatkan besi dan sulfur untuk hidupnya. Pada penelitian ini dipelajari proses ekstraksi nikel dari bijih laterit tipe limonit dari Pulau Gag dengan pelindian menggunakan bakteri mixotrof yaitu jenis bakteri yang dapat hidup baik dari bahan organik maupun bahan kimia. Bakteri mixotrof yang digunakan adalah spesies Alicyclobacillus ferrooxidans, Bacillus mucilaginosus dan Pseudomonas putida yang diisolasi dari daerah penambangan nikel di Sorowako, Sulawesi Selatan. Aktivitas penelitian yang dilakukan meliputi preparasi sampel bijih, pengulturan bakteri pada media Fe-broth, pelindian pada rotating shaker flask dengan kecepatan 180 rpm dan pengukuran konsentrasi Ni, Fe dan Mg terlarut dan perubahan pH larutan selama 28 hari pelindian. Serangkaian percobaan bioleaching telah dilakukan untuk mempelajari pengaruh jenis sumber substrat organik yaitu molase dan air lindi, penambahan sulfur elemental, distribusi ukuran partikel bijih, persentase inokulum dan persen padatan bijih terhadap persen ekstraksi nikel dan perubahan pH larutan dengan berjalannya waktu. Sebagai pembanding dilakukan pula pelindian dengan menggunakan larutan asam organik komersial yaitu asam sitrat yang diprediksi merupakan salah satu jenis asam organik yang dihasilkan oleh bakteri mixotrof. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen ekstraksi nikel tertinggi yaitu 34,3% diperoleh dari percobaan bioleaching pada kondisi ukuran partikel bijih -60+80 mesh, sumber substrat organik berupa air lindi dan dengan menambahkan sulfur sebanyak 20% w/w setelah 28 hari. Pada kondisi ini, persen Fe dan Mg terlarut masing-masing 1,15% % dan 6,8% mengindikasikan selektivitas bioelaching yang cukup baik terhadap besi dan magnesium. Persen ekstraksi nikel masih bisa ditingkatkan karena nilai pH yang masih cenderung turun sesudah 28 hari pelindian. Hasil analisis sulfat menunjukkan terbentuknya asam sulfat dalam larutan hasil pelindian. Penambahan sulfur berlebih hingga 30% w/w justru menurunkan persen ekstraksi nikel yang diperkirakan akibat sebagian sulfur yang tidak terlarut menghalangi kontak antara reagen pelindi dengan permukaan bijih. Reduksi ukuran bijih dari -60 + 80 mesh menjadi -100 + 200 mesh dan -200 mesh cenderung menurunkan persen ekstraksi nikel. Pada pelindian dengan asam sitrat, persen ekstraksi nikel tertinggi sesudah 28 hari shaking tidak lebih baik dari persen ekstraksi bioleaching yaitu 26,14% yang diperoleh pada konsentrasi asam 1 M dan ukuran bijih -60+80 mesh.