Ginseng jawa (Talinum paniculatum) termasuk tumbuhan herba yang umum digunakan masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat tradisional untuk berbagai macam penyakit. Tumbuhan ini diketahui menghasilkan senyawa metabolit sekunder berupa saponin yang terakumulasi pada bagian akar. Di alam, akar ginseng jawa memproduksi metabolit sekunder dalam jumlah sedikit sehingga induksi dengan kultur akar adventif secara in vitro dapat digunakan untuk meningkatkan produksi saponin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian elisitor berupa metil jasmonat (MeJA) dan asam salisilat (SA) pada pertumbuhan akar adventif dan kandungan saponin. Penelitian ini dilakukan menggunakan 4 konsentrasi berbeda (0, 0,05, 0,1, dan 0,2 mM) pada setiap elisitor dengan periode inkubasi berbeda (5 hari, 10 hari, dan 15 hari). Kultur akar adventif ditumbuhkan pada medium padat Murashige dan Skoog (MS) dengan penambahan hormon IBA dan NAA untuk menentukan pertumbuhan optimum untuk akar adventif. Akar yang diberikan hormon IBA 10 μM menghasilkan produksi biomassa tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain (laju pertumbuhan 0,035 g/hari). Kondisi optimum ini digunakan untuk inkubasi akar adventif dalam medium cair ½ MS dalam kultur flask yang diberikan hormon IBA 10 μM dan MeJA dan SA dengan konsentrasi berbeda. Pemberian elisitor menghambat pertumbuhan akar namun menghasilkan kandungan saponin yang tinggi. Kandungan saponin meningkat seiring bertambahnya konsentrasi elisitor. Perlakuan dengan 0,2 mM MeJA dan SA selama 15 hari mampu meningkatkan kandungan saponin total hingga 1,5 dan 1,3 kali lipat dibandingkan kontrol. Maka dari itu, elisitasi menggunakan MeJA lebih baik dibandingkan dengan SA untuk produksi saponin pada tanaman ginseng jawa.
Perpustakaan Digital ITB