digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Aktivitas Matahari menyebabkan perubahan pada medan magnet Bumi. Salah satu wujud perubahan ini dapat terlihat dari kemunculan Aurora yang memiliki pola dan bentuk yang berubah-ubah. Berdasarkan satelit POES, variabilitas kemunculan Aurora dapat diklasifikasi dari besaran dayanya dalam satuan gigawatt. Besaran ini merepresentasikan fluks elektron di daerah kutub. Kecerlangan aurora sebanding dengan fluks elektron. Penulis mencari korelasi antara daya tersebut dengan aktivitas Matahari dan indeks geomagnet lain yang terjadi di Bumi dalam periode tahun 1999-2009 dengan resolusi waktu satu jam. Parameter yang digunakan untuk menghubungkan hal tersebut antara lain: parameter Matahari (kecepatan plasma, densitas proton, flare, dan CME) dan parameter Geomagnet (medan magnet, indeks Dst, dan indeks AE). Koefisien korelasi terbesar terjadi akibat densitas proton dan medan magnet arah z, walau nilai ini masih terlalu kecil yaitu kurang dari 10%. Hasil tersebut kemudian ditelaah lebih lanjut dengan cara menganalisis parameter Matahari dan Geomagnet sejak lima hari sebelum Aurora tertinggi. Berdasarkan data flare dan CME, Aurora berdaya tinggi terkait dengan flare energi tinggi (kelas M dan X) dan CME tipe halo. Fenomena tersebut dapat menyebabkan gelombang kejut untuk kecepatan dan densitas proton angin Matahari, sehingga Aurora berdaya tinggi dapat didahului oleh datangnya gelombang kejut. Selain itu, flare dan CME menyebabkan peningkatan kuat medan magnet antar planet terutama untuk komponen Bz. Gelombang kejut dan peningkatan komponen Bz ini dapat memicu intensifikasi indeks geomagnet Dst dan AE.