digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengetahuan tentang pasang surut sangat penting untuk keperluan kegiatan di laut seperti transportasi laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir, perencanaan perekayasaan di laut, dan lain-lain. Data pasang surut diperoleh dari pengamatan yang dilakukan di stasiun pasang surut laut. Namun, jumlah stasiun pasut di Pulau Jawa dinilai kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan informasi pasut di perairan Pulau Jawa. Salah satu metode yang digunakan untuk menganalisa kerapatan stasiun pasut adalah dengan membuat peta co–tidal dan co–range karena peta co–tidal dan co–range dapat digunakan untuk memprediksi pasut yang merupakan hasil dari ekstraksi beberapa komponen pasut. Diperlukan beberapa langkah untuk dapat menganalisa kerapatan stasiun pasut. Langkah awal yang dilakukan adalah ekstraksi data pasut dari model pasut global. Dalam tahap ekstraksi tersebut dilakukan penyebaran titik koordinat di Pulau Jawa. Kemudian, beberapa titik dan komponen pasut diproses menggunakan TMD (Tide Model Driver) untuk mendapatkan amplitudo (co–range) dan fase (co–tidal). Tahap berikutnya adalah pembuatan peta co–tidal dan co–range dimana dari peta tersebut dapat dianalisa kerapatan dari stasiun pasut. Dari proses yang telah dilakukan, direkomendasikan bahwa stasiun pasut di pesisir utara Pulau Jawa perlu dibuat setiap 100 km karena karakteristik pasut yang terjadi di perairan utara Pulau Jawa memiliki kontur co–tidal yang rapat. Namun, pada selatan Pulau Jawa kontur co–tidal nya lebih renggang sehingga stasiun pasut dibuat setiap 500 km.