Lasem adalah sebuah kota kecil di Indonesia yang berada di perbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Kota ini sangat kental dengan budaya etnis Tionghoa karena Lasem merupakan salah satu tempat mendaratnya pedagang Tionghoa di pantai utara. Melalui sungai Lasem yang berada di sebelah barat pemukimannya, pedagang Tionghoa mengembangkan perdagangan sehingga memiliki kekuatan ekonomi. Namun demikian Lasem kini hanya dikenal sebagai kota transit di jalur pantura dan banyak penduduk meninggalkannya sehingga Lasem menjadi kota yang mati. Potensi budaya kota Lasem sangat unik, dimana hunian yang dibangun oleh pendatang Tionghoa berupa hunian courtyard berdinding tinggi, warna putih yang memiliki gerbang dengan langgam Tionghoa sebagai main entrance hunian. Bangunan utama hunian merupakan akulturasi dari budaya Tionghoa dan Jawa, yang dicirikan oleh adanya altar sebagai tempat berdoa kepada leluhur dan tata letak bangunan yang diapit oleh ruang terbuka. Bangunan-bangunan pada hunian courtyard yang unik kini berubah fungsi dan bentuk menjadi bangunan komersial dengan tambahan elemen modern seiring dengan perkembangan ekonomi, terutama yang berada di sepajang jalur pantura serta menjadi bangunan pergudangan di area hunian Tionghoa. Hal ini menjadi ancaman bagi keberlanjutan warisan bersejarah di kota Lasem.
Tesis ini membahas revitalisasi yang perlu dilakukan dalam usaha peningkatan kualitas kawasan pemukiman Tionghoa yang bersejarah. Pada kajian literatur dilakukan pendalaman mengenai usaha-usaha perlindungan warisan bersejarah yang dilakukan baik pada tingkat internasional maupun skala nasional, serta penggalian mendalam mengenai tipologi hunian courtyard pada budaya Tionghoa. Melalui kajian literatur dan analisa kawasan dirumuskan kriteria desain perbaikan kawasan hunian Tionghoa Lasem. Revitalisasi diharapkan dapat meningkatkan penurunan kualitas lingkungan pada kawasan, dimana hunian courtyard tetap dilestarikan melalui adaptasi terhadap fungsi serta kegiatan baru.