digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2006 TS PP SUSENO 1-COVER.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2006 TS PP SUSENO 1-BAB 1.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2006 TS PP SUSENO 1-BAB 2.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2006 TS PP SUSENO 1-BAB 3.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2006 TS PP SUSENO 1-BAB 4.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2006 TS PP SUSENO 1-BAB 5.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2006 TS PP SUSENO 1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

Pembangunan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) harus dirancang dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. SDM yang kompeten (profesional) berarti yang mampu menangani pekerjaan-pekerjaan yang timbul sebagai konsekuensi adanya suatu bidang usaha/ bisnis yang dijalankan. Proses yang dapat membuat SDM menjadi kompeten adalah pembelajaran. Harus dirancang materi pengajaran/pelatihan yang sesuai untuk diajarkan agar SDM memiliki kompetensi tertentu. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan/ penyelesaian pekerjaan adalah teknologi. Penggunaan teknik dan teknologi menuntut kompetensi yang beragam bila dilihat dari tingkat kesulitannya. Umumnya kompetensi (kebisaan) dipelajari mulai dari yang paling mudah sampai dengan yang paling sulit. Jadi diperlukan pemeringkatan kebisaan berdasarkan tingkat kesulitan. Selain itu diperlukan juga pembedaan penanganan pekerjaan dalam hal: pengelolaan, pemanfaatan (utilizing), dan pengoperasian, terhadap sumber daya (resources) yang dimiliki organisasi/perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Lembaga pendidikan Politeknik mempunyai kewajiban melaksanakan pembelajaran untuk kompetensi-kompetensi yang memerlukan keterampilan dalam mengoperasikan sumber daya (yang umumnya berupa peralatan dan mesin-mesin), yang lebih menonjolkan skill. Politeknik Manufaktur Negeri Bandung (POLMAN Bandung) mengkhususkan proses pembelajarannya untuk menghasilkan dan/ atau melatih teknisi yang terampil dan cakap dalam pengoperasian dan penggunaan mesin perkakas (pelaksanaan proses-proses produksi pemesinan). Industri atau bisnis yang melibatkan pemakaian mesin-mesin perkakas perlu diidentifikasi. Dengan melakukan analisis pada klasifikasi industri menurut ISIC (International Standard Industrial Classification of all Economic Activities) disimpulkan bahwa pengembangan sumber daya manusia yang berbasis pada keahlian di bidang proses-proses produksi pemesinan saat ini sangat baik bila diarahkan untuk menunjang industri penghasil mesin dan peralatan produksi, penghasil alat transportasi industri dan alat berat, atau penghasil kendaraan penumpang bermotor, serta industri-industri pembuatan komponennya. Jenis pekerjaan yang diperlukan oleh industri-industri tersebut (kelompok industri manufaktur) dapat di bagi dua bagian yaitu penanganan Fasilitas Produksi dan Sistem Pendukung Produksi. Keseluruhan jenis pekerjaan yang timbul diidentifikasi menggunakan pola “Jam Pekerjaan”, yang mengelompokkan elemen-elemen pekerjaan menjadi delapan bagian (penjadwalan, kebutuhan sarana, informasi, perkakas/ tools, perkakas bantu dan katalis, prasyarat, pengukuran/ monitoring, dan pemeliharaan/ maintenance). Elemen-elemen pekerjaan yang telah teridentifikasi dan dikelompokkan ini mempengaruhi kompetensi SDM yang dibutuhkan untuk menangani pekerjaan tersebut, dengan kata lain mempengaruhi materi pengajaran/pelatihan (kurikulum) dalam program-program pengembangan SDM (pendidikan dan pelatihan). Pola P3JJ (Profesi dengan 3 Jalur Ber-Jenjang) dalam kajian ini digunakan untuk merancang struktur dan jenjang-jenjang kompetensi Jalur Teknisi-nya, yang dibutuhkan dalam penanganan pekerjaan (dan elemen-elemennya yang sudah teridentifikasi pada “Jam Pekerjaan Sistem Produksi Pemesinan”), sampai dengan pendefinisian materi pelatihan yang dibutuhkan untuk setiap jenjangnya. Strukturnya dimulai dengan kelompok kompetensi Basic Machining pada jenjang-jenjang awal. Pada jenjang-jenjang pertengahan dibagi menjadi tiga kelompok kompetensi sebagai aplikasi dari keterampilan pengoperasian mesin perkakas (proses-proses pemesinan) yaitu Tool Making, Mould Making, dan Mechanism dan Machine Making. Sampai dengan batas ini adalah kelompok kompetensi yang langsung mengoperasikan peralatan dan mesin perkakas. Kelompok kompetensi selanjutnya lebih menekankan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya managing dan directing, dan dinamakan kelompok Advanced Machining. Dalam Sistem Produksi seluruh kelompok kompetensi ini bertanggung jawab dalam penanganan Fasilitas Produksi. Untuk menangani Sistem Pendukung Produksi dibuat struktur-struktur berupa kelompok kompetensi Manufacturing Planning dan Control, Drafting/ Drawing dan Designing, Quality Assurance, dan Maintenance, Reconditioning dan Retrofitting. Keseluruhan struktur tersebut akan terlihat menyerupai “pohon profesi” (dalam hal ini adalah Pohon Profesi Pemesinan Jalur Teknisi). Perincian setiap jenjang menjadi berupa penafsiran parameter kebisaan, acuan kinerja, dan materi pelatihan/ pengajaran dilakukan pada kelompok kompetensiBasic Machining, Tool Making, Mould Making, dan Mechanism dan Machine Making sebagai contohnya. Kelompok kompetensi ini dapat menjadi kompetensi Program Diploma 3 Politeknik. Unit-unit Kompetensi Standar yang ada dalam sistem CBT (Competency Based Training) yang dikembangkan di Australia (yang mulai mempengaruhi pola pendidikan vokasional di Indonesia) dapat diintegrasikan sebagai pelengkap (komplemen) ke dalam materi pelatihan/ pengajaran pada sistem P3JJ. Penggunaan pola P3JJ memudahkan perancangan materi pelatihan/ pengajaran(kurikulum) yang bersifat competency based secara lebih sistematik. Program pelatihan/ pendidikan (berisi ramuan materi pelatihan) dapat dibuat berupa program menu (misalnya program diploma), ataupun program-program peningkatan kompetensi yang dapat dijalani secara bertahap menurut jenjang-jenjang kompetensi, dan pencapaiannya diuji/ diperiksa melalui proses assessment.