Pendidikan desain interior memiliki peranan penting dalam menciptakan lulusan
berkompeten di bidang pendidikan, pengkajian, serta pengabdian masyarakat dalam
lingkup desain interior secara profesional yang dapat menjawab permasalahan
kebutuhan masyarakat melalui ide-ide desain yang berkualitas. Hal tersebut salah
satunya didapat dari proses pembelajaran pada kelas studio sebagaimana inti dari
kurikulum pembelajaran, yang didasari oleh fokus pencapaian keterampilan desain
dengan prosedur pemecahan masalah melalui proses reflektif dan kolaboratif.
Lulusan desain interior diharapkan memiliki kecerdasan berfikir, kreativitas, dan
imajinasi yang luas. Tercapainya kompetensi-kompetensi dari diri lulusan inilah
suatu pembelajaran dikatakan berjalan efektif. Substansi pendidikan pada dasarnya
adalah refleksi atas masalah-masalah aktual yang dihadapi dalam kehidupan nyata
sehingga kurikulum pembelajaran dari suatu pendidikan seharusnya mempunyai
relevansi dengan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan penelitian beberapa tahun
silam didapatkan bahwa lulusan desain interior memiliki kekurangan dalam
komunikasi dan pengambilan keputusan atas permasalahan desain yang ada. Di
Indonesia sendiri belum terdapat banyak penelitian terkait efektivitas kurikulum
pembelajaran pada perkuliahan studio, beserta penerapan metode pembelajaran
yang berorientasi profesional. Hal ini membawa peneliti untuk melakukan kajian
atas efektivitas kurikulum pembelajaran studio pada program studi desain interior
dengan melihat kondisi lulusan desain interior di lapangan pekerjaan melalui sudut
pandang profesional dan juga akademik.
Penelitian ini bertujuan sebagai pembuktian atas relevansi fakta beberapa tahun lalu
dengan saat ini, yaitu efektivitas kurikulum pembelajaran yang dipengaruhi oleh
kondisi lulusan desain interior dalam dunia profesinya. Metode penelitian yang
digunakan ialah kualitatif dengan pendekatan komparatif deskriptif. Peneliti
menjalankan dua tahap wawancara yakni semi-terstruktur dan wawancara
mendalam, setelah itu mengumpulkan dokumen sebagai instrumen pendukungnya.
Adapun studi kasus yang menjadi batasan penelitian ini adalah kurikulum
pendidikan desain interior ITENAS Bandung tahun ajaran 2017, khususnya pada
perkuliahan Studio Desain Interior, dengan lulusan desain interior ITENAS
Angkatan 2016-2018 sebagai objek yang dinilai kinerjanya oleh subjek penelitian
dari bidang profesional dan akademik. Aspek kompetensi yang digunakan sebagai
dasar pengumpulan data berasal dari penelitian terdahulu terkait kompetensi dan
atribut desainer interior muda, juga dokumen Book of Knowledge (BOK) serta the
National Council of Interior Design Qualification (NCIDQ, 2004) dengan
mengelompokan kompetensi ke dalam 6 variabel area pengetahuan seorang
desainer interior yang ditanyakan kepada tiga kelompok responden berasal dari
bidang profesional yaitu praktisi desain, dan bidang akademik yaitu dosen
pengampu mata kuliah studi Desain Interior I-V serta dosen penyusun kurikulum
pendidikan desain interior ITENAS tahun ajaran 2017.
Hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa kurikulum pembelajaran studio desain
interior ITENAS tahun ajaran 2017 sudah berjalan cukup efektif dengan persentase
sebesar 65%. Kendati demikian, efektivitas belum dapat dirasakan secara nyata
karena didapatkan bahwa dua komponen kurikulum yang berperan penting dalam
membantu lulusan menjadi desainer berkompeten yaitu Keterampilan Khusus (KK)
dan Keterampilan Umum (KU) menampilkan nilai di batas tengah, sebesar 53%
dan 55%. Adapun hasil evaluasi kinerja lulusan di dunia kerja menunjukan bahwa
lulusan memiliki kelebihan pada sikap kooperatif, kepekaan estetika, dan
kemampuan produksi mulai dari sketsa hingga eksekusi ide pemodelan. Lulusan
dinilai paling menguasai kompetensi [1] Mendengar dan Menulis, [2] Analisis dan
Menyimpulkan, [3] Aspek Perumusan Rencana Awal, dan [4] Sketsa Tangan Bebas.
Penilaian responden juga menunjukan bahwa lulusan memiliki kekurangan terkait
masalah kemandirian, pengetahuan teknis dan penanganan, juga pengalaman
menghadapi permasalahan nyata. Kompetensi yang paling tidak dikuasai lulusan di
dunia kerja yaitu [1] Administrasi Kontrak, [2] Konsultasi, [3] Kerjasama Bidang
Terkait, [4] Pengambilan Keputusan, [5] Finishing Treatments, serta [6]
Perancangan Fasilitas Publik. Temuan ini menekankan pentingnya kesempatan
berdiskusi dan melakukan riset terhadap studi kasus dari lingkup desain yang
beragam untuk melatih kemampuan berfikir dan penyelesaian masalah lulusan pada
masa pembelajaran kelas studio, sehingga luusan dapat mempersiapkan diri lebih
baik lagi dalam menghadapi klien dan lingkungan kerja.