digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pendidikan desain interior memiliki peranan penting dalam menciptakan lulusan berkompeten di bidang pendidikan, pengkajian, serta pengabdian masyarakat dalam lingkup desain interior secara profesional yang dapat menjawab permasalahan kebutuhan masyarakat melalui ide-ide desain yang berkualitas. Hal tersebut salah satunya didapat dari proses pembelajaran pada kelas studio sebagaimana inti dari kurikulum pembelajaran, yang didasari oleh fokus pencapaian keterampilan desain dengan prosedur pemecahan masalah melalui proses reflektif dan kolaboratif. Lulusan desain interior diharapkan memiliki kecerdasan berfikir, kreativitas, dan imajinasi yang luas. Tercapainya kompetensi-kompetensi dari diri lulusan inilah suatu pembelajaran dikatakan berjalan efektif. Substansi pendidikan pada dasarnya adalah refleksi atas masalah-masalah aktual yang dihadapi dalam kehidupan nyata sehingga kurikulum pembelajaran dari suatu pendidikan seharusnya mempunyai relevansi dengan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan penelitian beberapa tahun silam didapatkan bahwa lulusan desain interior memiliki kekurangan dalam komunikasi dan pengambilan keputusan atas permasalahan desain yang ada. Di Indonesia sendiri belum terdapat banyak penelitian terkait efektivitas kurikulum pembelajaran pada perkuliahan studio, beserta penerapan metode pembelajaran yang berorientasi profesional. Hal ini membawa peneliti untuk melakukan kajian atas efektivitas kurikulum pembelajaran studio pada program studi desain interior dengan melihat kondisi lulusan desain interior di lapangan pekerjaan melalui sudut pandang profesional dan juga akademik. Penelitian ini bertujuan sebagai pembuktian atas relevansi fakta beberapa tahun lalu dengan saat ini, yaitu efektivitas kurikulum pembelajaran yang dipengaruhi oleh kondisi lulusan desain interior dalam dunia profesinya. Metode penelitian yang digunakan ialah kualitatif dengan pendekatan komparatif deskriptif. Peneliti menjalankan dua tahap wawancara yakni semi-terstruktur dan wawancara mendalam, setelah itu mengumpulkan dokumen sebagai instrumen pendukungnya. Adapun studi kasus yang menjadi batasan penelitian ini adalah kurikulum pendidikan desain interior ITENAS Bandung tahun ajaran 2017, khususnya pada perkuliahan Studio Desain Interior, dengan lulusan desain interior ITENAS Angkatan 2016-2018 sebagai objek yang dinilai kinerjanya oleh subjek penelitian dari bidang profesional dan akademik. Aspek kompetensi yang digunakan sebagai dasar pengumpulan data berasal dari penelitian terdahulu terkait kompetensi dan atribut desainer interior muda, juga dokumen Book of Knowledge (BOK) serta the National Council of Interior Design Qualification (NCIDQ, 2004) dengan mengelompokan kompetensi ke dalam 6 variabel area pengetahuan seorang desainer interior yang ditanyakan kepada tiga kelompok responden berasal dari bidang profesional yaitu praktisi desain, dan bidang akademik yaitu dosen pengampu mata kuliah studi Desain Interior I-V serta dosen penyusun kurikulum pendidikan desain interior ITENAS tahun ajaran 2017. Hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa kurikulum pembelajaran studio desain interior ITENAS tahun ajaran 2017 sudah berjalan cukup efektif dengan persentase sebesar 65%. Kendati demikian, efektivitas belum dapat dirasakan secara nyata karena didapatkan bahwa dua komponen kurikulum yang berperan penting dalam membantu lulusan menjadi desainer berkompeten yaitu Keterampilan Khusus (KK) dan Keterampilan Umum (KU) menampilkan nilai di batas tengah, sebesar 53% dan 55%. Adapun hasil evaluasi kinerja lulusan di dunia kerja menunjukan bahwa lulusan memiliki kelebihan pada sikap kooperatif, kepekaan estetika, dan kemampuan produksi mulai dari sketsa hingga eksekusi ide pemodelan. Lulusan dinilai paling menguasai kompetensi [1] Mendengar dan Menulis, [2] Analisis dan Menyimpulkan, [3] Aspek Perumusan Rencana Awal, dan [4] Sketsa Tangan Bebas. Penilaian responden juga menunjukan bahwa lulusan memiliki kekurangan terkait masalah kemandirian, pengetahuan teknis dan penanganan, juga pengalaman menghadapi permasalahan nyata. Kompetensi yang paling tidak dikuasai lulusan di dunia kerja yaitu [1] Administrasi Kontrak, [2] Konsultasi, [3] Kerjasama Bidang Terkait, [4] Pengambilan Keputusan, [5] Finishing Treatments, serta [6] Perancangan Fasilitas Publik. Temuan ini menekankan pentingnya kesempatan berdiskusi dan melakukan riset terhadap studi kasus dari lingkup desain yang beragam untuk melatih kemampuan berfikir dan penyelesaian masalah lulusan pada masa pembelajaran kelas studio, sehingga luusan dapat mempersiapkan diri lebih baik lagi dalam menghadapi klien dan lingkungan kerja.