digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pasar telekomunikasi di Indonesia telah memasuki era kompetisi yang sudah semakin ketat. Sebagai operator incumbent, PT. Telkom mengambil strategi dengan bermain di bisnis wholesale baik itu traffic maupun non traffic. Wholesale traffic didefinisikan dalam bentuk traffic interkoneksi antar operator sedangkan wholesale non traffic didefinisikan sebagai sewa infrastruktur dengan salah satu yang paling dominan adalah sewa jasa jaringan khususnya sirkit digital terrestrial. Bisnis wholesale mempunyai pengertian dimana pelanggan selaku end-customer, tidak dilayani langsung oleh produsen namun dilayani melalui retailer/distributor. Sampai dengan tahun 2014 diprediksikan akan adanya penurunan trafik wholesale yang menjadikan market share yang ada semakin lama semakin tergerus oleh pasar non trafik sehingga komposisi pendapatan Telkom 60% untuk non trafik dan 40% untuk trafik, atau jasa jaringan. Kondisi ini menjadikan bisnis jasa jaringan menjadi lahan bisnis potensial yang menjadikannya menarik untuk dimasuki operator baru, oleh karena itu keberadaan Telkom sebagai pemimpin pasar mulai terganggu sehingga mengakibatkan turunnya pangsa pasar. Oleh karenanya Telkom harus bersiap untuk mengadapi persaingan dengan menentukan strategi bisnis yang sesuai. Untuk dapat menentukan strategi bisnis wholesale yang tepat maka dilakukan analisis terhadap pasar baik dari internal maupun eksternal. Untuk analisis dari sisi internal digunakan metode analisis dari sisi Value, Rarity, Imitability, Organization (VRIO). Disini perusahaan dilihat dari dua sudut pandang berbeda yaitu tangible dan intangible resources. Sedangkan untuk analisis eksternal digunakan metode Porter 5 Forces, dimana tekanan industri dikategorikan kedalam 5 kelompok besar yaitu: ancaman pemain baru, ancaman produk pengganti, kekuatan supplier, kekuatan pembeli dan persaingan antar kompetitor eksisting. Dari analisis kedua faktor internal dan external didapatkan kesimpulan bahwa untuk dapat mempertahankan market sharenya strategi yang harus diambil oleh Telkom adalah Diferensiasi. Pemilihan strategi ini sangat tepat karena Telkom memiliki begitu banyak alat produksi yang beraneka ragam dengan didukung oleh IT yang canggih dan banyak tenaga ahli dibidangnya. Dari strategi bisnis diferensiasi diterjemahkan menjadi suatu action plan sebagai daya saing unggulan (competitive advantage) yang dapat mendukung strategi diferensiasi tersebut. Action plan yang dilakukan sebagai jawaban dari strategi bisnis diferensiasi PT. Telkom dijabarkan antara lain sebagai berikut: penambahan jumlah kantor Representative Office (RO), dibentuknya bagian R&D di divisi CIS, pengembangan katalog produk, dan pengembangan OLO Care Center (OCC). Implementasi action plan membutuhkan sumber daya manusia, penyesuaian budget perusahaan dan konfigurasi sumber daya teknologi sehingga bisa didapatkan hasil yang maksimal.