digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Lanskap energi global saat ini tengah mengalami pergeseran menuju keberlanjutan, yang mendorong pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) konvensional untuk mencari strategi alternatif dalam pengelolaan limbah dan penciptaan nilai. PT Sumatera Pembangkit, pengelola PLTU mulut tambang berkapasitas 1.320 MW di Sumatera Selatan, menghadapi tantangan yang semakin besar dalam menangani limbah industrinya, khususnya gypsum hasil Flue Gas Desulfurization (FGD) yang saat ini ditimbun sebagai limbah B3 berdasarkan regulasi Indonesia. Meskipun memiliki kemurnian kimia tinggi dan relevan untuk aplikasi industri, material ini belum dimanfaatkan secara optimal. Tesis ini menelaah kelayakan strategis dari upaya komersialisasi gypsum FGD melalui pendekatan product differentiation yang menekankan kualitas teknis, keselarasan dengan prinsip ESG, serta keunggulan logistik wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kemungkinan transformasi gypsum FGD dari beban regulasi menjadi peluang bisnis dengan membedakannya dari gypsum alam maupun impor, sehingga yang dapat mengurangi risiko lingkungan dan operasional, sembari membuka potensi pendapatan baru. Inisiatif ini juga sejalan dengan agenda ekonomi sirkular Indonesia dan upaya substitusi impor bahan baku industri, khususnya gypsum. Penilaian dilakukan melalui pendekatan mixed-method yang menggabungkan data kualitatif dan kuantitatif melalui wawancara, survei, serta dokumen internal perusahaan. Faktor eksternal dianalisis menggunakan kerangka PESTEL dan Porter’s Five Forces, sementara kapabilitas internal dievaluasi melalui pemetaan rantai nilai dan analisis sumber daya. Kelayakan finansial dikaji melalui pendekatan Cost-Benefit Analysis (CBA), sementara persepsi pelanggan dihimpun dari pelaku industri semen dan konstruksi di wilayah Jawa dan Sumatera. Alat analisis seperti SWOT dan TOWS digunakan untuk mensintesis temuan dan merumuskan strategi yang dapat diimplementasikan. Di sisi pemasaran, kerangka B2B diterapkan melalui pendekatan STP (Segmentasi, Targeting, Positioning) serta bauran pemasaran (4P). Temuan menunjukkan bahwa gypsum FGD yang dihasilkan PT Sumatera Pembangkit telah memenuhi spesifikasi teknis yang disyaratkan oleh konsumen industri, khususnya produsen semen. Analisis biaya-manfaat menunjukkan bahwa opsi komersialisasi memberikan penghematan signifikan dalam biaya penanganan limbah serta menghasilkan Net Present Value (NPV) yang positif. Meski demikian, terdapat berbagai hambatan internal seperti belum adanya sertifikasi SNI, keterbatasan infrastruktur komersial, serta pembatasan regulasi terhadap pemanfaatan limbah B3. Dari sisi eksternal, kompetisi dari produk impor dan sikap hati-hati pembeli menjadi tantangan tersendiri, meskipun terdapat kecenderungan ketertarikan pasar terhadap gypsum lokal jika jaminan harga, kualitas, dan kontinuitas pasokan terpenuhi. Penelitian ini merekomendasikan strategi tiga pilar: [1] Penyesuaian regulasi dan kesiapan operasional, termasuk revisi izin lingkungan, sertifikasi SNI, dan pembangunan infrastruktur dasar; [2] Pengembangan pasar dan pendekatan pelanggan melalui uji coba produk, promosi terarah, serta komunikasi berbasis ESG; dan [3] Penguatan kapabilitas melalui pembentukan unit komersialisasi khusus dan kerja sama eksternal untuk logistik dan pengujian. Ketiga pilar ini dirancang untuk mentransformasi gypsum FGD dari kewajiban regulatif menjadi input industri yang memiliki nilai strategis dan finansial. Tesis ini memberikan kontribusi terhadap kajian akademik terkait pemanfaatan limbah industri di sektor energi dan menjadi referensi praktis bagi operator PLTU yang tengah menyusun strategi diversifikasi pasca proyek. Penelitian ini menunjukkan bahwa product differentiation yang berlandaskan kepatuhan ESG, responsivitas lokal, dan kualitas teknis yang konsisten dapat menjadi strategi komersialisasi yang efektif untuk menjadikan limbah hasil pembakaran batu bara sebagai input industri yang kompetitif. Bagi PT Sumatera Pembangkit, langkah ke depan bukan hanya soal mengelola limbah, tetapi mengubahnya menjadi sumber nilai jangka panjang.