digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2008 TA PP EUREKA 1-COVER.pdf

File tidak tersedia

2008 TA PP EUREKA 1-BAB1.pdf
File tidak tersedia

2008 TA PP EUREKA 1-BAB2.pdf
File tidak tersedia

2008 TA PP EUREKA 1-BAB3.pdf
File tidak tersedia

2008 TA PP EUREKA 1-BAB4.pdf
File tidak tersedia

2008 TA PP EUREKA 1-BAB5.pdf
File tidak tersedia

2008 TA PP EUREKA 1-PUSTAKA.pdf
File tidak tersedia

Bandung merupakan tujuan wisata bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Secara kasat mata, dapat dilihat bahwa tiap akhir pekan jalanan Kota Bandung selalu menjadi lebih macet dan mobil berplat B menjamur dimana-mana. Kota Bandung telah berhasil menyediakan atmosfer yang sama sekali berbeda dengan Kota Jakarta yang menurut penduduknya sumpek dan menyebabkan stress. Kehadiran para turis lokal ini tentu saja mendongkrak perekonomian di kota bandung, terutama di sektor jasa transportasi, kuliner, dan tekstil. Bertambahnya tingkat kemacetan Kota Bandung dalam 3 tahun terakhir dipelopori oleh hadirnya tol Cipularang yang menghubungkan daerah Jakarta dan Bandung. Jalan tol tersebut telah mempersingkat waktu perjalanan Jakarta – Bandung yang sebelumnya 4 jam melalui jalur puncak, menjadi 2,5 jam saja. Kehadiran jalan tol tersebut tidak hanya meningkatkan kemacetan kota bandung, tetapi juga membuka peluang usaha baru, yaitu bisnis travel Jakarta-Bandung-Jakarta. Walaupun bisnis travel ini telah berkembang pesat dalam 3 tahun terakhir, peluang bagi pemain baru tetap saja terbuka. Berdasarkan data jumlah penumpang dari beberapa travel, kehadiran pesaing baru tidak mempengaruhi pangsa pasar karena jumlah konsumen terus bertambah. Bagi venture capitalist, keadaan ini tentu saja menguntungkan untuk berinvestasi. Untuk berhasil dalam bisnis ini, tentu saja venture capitalist perlu memperhatikan berbagai hal, salah satunya resiko yang ada di dalam bisnis ini. Bisnis travel adalah bisnis yang hampir seluruh kegiatan usahanya berkaitan dengan kegiatan di lapangan, yaitu pengantaran konsumen ke tempat tujuan. Oleh karena itu, pembahasan resiko bisnis travel dalam penelitian ini akan menitikberatkan pada resiko operasional saja. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan pengamatan lapangan di beberapa perusahaan travel di Bandung. Perusahaan travel yang diteliti berjumlah 4 perusahaan dan dibagi berdasarkan besar kecilnya skala bisnis. Travel A adalah perusahaan travel dengan skala bisnis yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan travel lainnya. Pembagian perusahaan travel tersebut diharapkan dapat menjadi referensi bagi venture capitalist untuk memperkirakan besarnya modal yang akan diiinvestasikan dalam bisnis ini. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah resiko operasional bagi bisnis travel secara umum adalah sama, tidak tergantung pada besar kecilnya skala bisnis. Perbedaan yang didapat dari skala bisnis tersebut terletak pada level dari masing-masing resiko operasional yang ada. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu venture capitalist untuk memprediksi resiko-resiko operasional yang mungkin muncul dan cara untuk mengelolanya.