Prinsip tiga dimensi tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu ekonomi,
sosial, dan lingkungan yang merupakan permintaan pemangku kepentingan global
telah mendorong perusahaan untuk mengadopsi tujuan ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Prinsip tiga dimensi tujuan SDGs ini menjadi tujuan keberlanjutan
perusahaan yang juga selaras dengan konsep Triple Bottom Line (TBL). Konsep
TBL mencakup tujuan perusahaan pada dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Tujuan perusahaan pada tiga dimensi ini perlu dirumuskan pada manajemen
strategis organisasi sehingga diperlukan alat manajemen strategis yang efektif
untuk mencapai tujuan tersebut. Alat manajemen strategis organisasi yang banyak
digunakan oleh perusahaan dan dinilai cukup efektif adalah Balanced Scorecard
(BSC). Dengan demikian, perusahaan perlu memadukan konsep TBL dan BSC
menjadi SBSC (Sustainability Balanced Scorecard). Akan tetapi, muncul
permasalahan bahwa penggunaan konsep SBSC pada perusahaan akan
memunculkan banyak indikator kinerja, sedangkan perusahaan memiliki
keterbatasan sumber daya.
Oleh karena itu, penelitian ini mengusulkan penggunaan value-driven business
process (efficiency, quality, agility, compliance, integration, dan networking) untuk
merumuskan tujuan strategis dan menentukan penetapan prioritas indikator kinerja
pada kerangka SBSC dapat membantu perusahaan untuk menentukan prioritas
penggunaan sumber daya sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan Ekonomi,
Sosial, dan Lingkungan (ESL).
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka konseptual
Sustainability Balanced Scorecard berbasis nilai. Proposisi penelitian yang ingin
dibuktikan adalah bahwa “value-driven business process (efficiency, quality,
agility, compliance, integration, dan networking) dapat digunakan sebagai dasar
untuk merumuskan tujuan strategis dan menentukan penetapan prioritas indikator
kinerja”.
ii
Metodologi yang digunakan adalah studi kasus yang mengeksplorasi kerangka
konseptual SBSC berbasis nilai pada tiga studi kasus BUMN Perkebunan. Data dan
informasi yang diperoleh berupa data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan
menggunakan pendekatan qualitative research coding dan cross-case analysis.
Selanjutnya, dari hasil cross-case analysis ini, diidentifikasi indikator kinerja yang
menjadi prioritas perusahaan dengan kriteria (a) relevansinya terhadap kebutuhan
perusahaan; dan (b) mencerminkan penggunaan alokasi sumber daya yang
minimum dan berdampak besar terhadap sasaran kinerja. Indikator kinerja tersebut
kemudian dikelompokkan ke dalam kerangka SBSC berbasis nilai.
Hasil penelitian pada tiga studi kasus BUMN perkebunan menunjukkan bahwa
hasil cross-case analysis menghasilkan indikator kinerja yang memiliki persamaan
pada sasaran kinerja meningkatkan produktivitas on-farm sebesar 89%, pada
sasaran kinerja meningkatkan produktivitas off-farm sebesar 95%, dan pada sasaran
kinerja melaksanakan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) sebesar 100%.
Selain itu, indikator tersebut relevan dengan kebutuhan PTPN dan implementasinya
berkontribusi besar terhadap pencapaian sasaran kinerja tanpa perlu menggunakan
sumber daya yang besar. Pemetaan indikator kinerja pada kerangka SBSC berbasis
nilai mencerminkan indikator kinerja yang memiliki value-driven efficiency,
quality, agility, compliance, integration, dan networking. Begitu juga perbandingan
value-driven tujuan strategis sama dengan value-driven indikator kinerja. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kerangka SBSC berbasis nilai dapat digunakan
untuk merumuskan tujuan strategis dan menentukan prioritas penggunaan indikator
kinerja pada BUMN Perkebunan di Indonesia.
Manfaat hasil penelitian ini mencakup memberikan panduan bagi pengambil
keputusan dalam mengimplementasikan SBSC dengan pendekatan nilai,
menggunakan prinsip value-driven untuk merumuskan tujuan strategis dan
menentukan prioritas penggunaan indikator kinerja, dan menambahkan referensi
dalam bidang sustainability strategic management.
Inovasi dan originalitas penelitian adalah pada pengembangan SBSC berbasis
nilai sebagai suatu metode untuk merumuskan tujuan strategis dan menentukan
prioritas penggunaan indikator kinerja. Meskipun demikian, penelitian ini perlu
dikembangkan lebih lanjut, terutama dalam membuktikannya pada studi kasus
yang berbeda, mengeksplorasi tujuan strategis perusahaan secara menyeluruh, dan
menganalisis keterkaitan antar tujuan strategis dan indikator kinerja. Selain itu,
perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk merancang panduan teknis dalam
membangun indikator kinerja berbasis nilai yang berasal dari tujuan strategis
perusahaan.