digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri aviasi Indonesia sedang mengalami pertumbuhan sejak terjadinya penurunan jumlah kegiatan penerbangan dan penumpang pada era pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Sampai pertengahan tahun 2023, jumlah penumpang jasa angkutan udara Indonesia mencapai lebih dari 7 juta penumpang, menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dari hanya 80.000 penumpang domestik pada pertengahan tahun 2020. Pada skala global, pada tahun 2023, pertumbuhan permintaan pada jasa angkutan udara bahkan mencapai 40,5% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa jasa angkutan udara niaga, khususnya jasa angkutan udara niaga berjadwal, sangat diminati dan sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat. PT Pelita Air Service (PT PAS) baru saja memulai kembali bisnis jasa angkutan udara niaga berjadwal pada tahun 2022. Sebagai bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT PAS memiliki tanggung jawab tidak hanya untuk dapat menghasilkan keuntungan dari sisi bisnis, tetapi juga dapat menyelenggarakan kemanfaatan umum bagi masyarakat Indonesia dengan dasar pengelolaan perusahaan yang sehat. Pengelolaan perusahaan yang sehat sangat erat kaitannya dengan pemenuhan Key Performance Indicator (KPI) dan Performance Measurement System (PMS) perusahaan yang ditetapkan. Bentuk framework KPI perusahaan ini juga sudah diatur oleh Kementerian BUMN melalui Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara PER-11/MBU/11/2020. Industri transportasi udara sangat erat kaitannya dengan tingkat keselamatan dalam pengoperasian pesawat udara. Divisi Operational Control Center (OCC) memegang peran penting dan menjadi jantung dari operasi penerbangan sebuah maskapai. Divisi OCC di PT PAS saat ini diberikan tanggung jawab KPI Internal Business Process On-Time Performance (OTP) sebagai hal yang harus dipenuhi dan dimaintain hasilnya, di mana pihak petinggi eksekutif divisi OCC merasa hal tersebut sangatlah menjadi beban yang berat. Menurut studi literatur, OTP dapat dipengaruhi oleh banyak faktor dan tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab dari satu pihak saja. Divisi OCC kemudian mengajukan penyusunan PMS yang lebih cocok dan sesuai dengan kebutuhan divisi. Ada beberapa pilihan alternatif PMS yang dapat menjadi pilihan untuk digunakan, seperti Balanced Scorecard (BSC), Performance Prism, Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA), Objective Key Result (OKR), maupun Knowledge-based Performance Management System (KBPMS). Penulis kemudian mengajukan menggunakan framework BSC yang dirasa lebih familier untuk digunakan oleh anggota divisi karena mirip dengan framework KPI yang diterapkan oleh Kementerian BUMN. Sebelum mengambil keputusan terhadap perubahan pengukuran performa yang menjadi keluhan dari klien, diperlukan penelitian yang mendalam terhadap lingkup industri, pekerjaan dan kapabilitias yang dimiliki dari PT PAS terutama dari divisi OCC sendiri. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif untuk mengumpulkan data dari sumber terkait. Beberapa studi literatur juga dilakukan untuk memastikan dan menunjukan gap antara keilmuan dan kondisi di lapangan. Setelah data dan temuan dikelompokkan berdasarkan cakupannya dan kategorinya, baik eksternal maupun internal, baik makro maupun mikro, temuan selanjutnya diolah membentuk susunan strategi yang komprehensif bagi PT PAS, dan secara selektif bagi divisi OCC. Formulasi strategi menggunakan metode SWOT dan TOWS yang menggabungkan baik sisi kapabilitas dan kesempatan yang dimiliki perusahaan. Analisis ini kemudian menghasilkan 26 strategi, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Strategi tersebut masih berupa rangkaian strategi korporat, sehingga untuk penerapannya pada divisi OCC perlu dilakukan penyortiran kembali. Desain dan formulasi pada akhirnya menghasilkan 2 tema strategis dan peta strategi yang memiliki skala pengukuran dan langkah-langkah inisiatif masing-masing, yaitu Operational Excellence dan Sustainable Operations. Divisi OCC kemudian memiliki andil pada setiap tema strategis dan peta strategi tersebut dalam mencapai tujuan dan pemenuhan objektif perusahaan. Dengan menganut pengukuran performa ini, diharapkan divisi OCC dapat memiliki proporsi yang tepat pada kontribusinya dalam pemenuhan OTP.