CV X merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi speaker/pengeras suara
beserta produk turunannya. Salah satu fasilitas produksi yang terdapat pada CV X adalah
fasilitas Dies & Mold Shop (DMS) untuk memproduksi bagian speaker, serta komponenkomponen
pendukung produksi lainnya, seperti jig dan fixture. Pada bulan September 2024,
hanya 46% dari total work order (WO) yang berhasil diselesaikan tepat waktu, jauh di bawah
target perusahaan sebesar 80%. Analisis awal menunjukkan bahwa salah satu penyebab
utama rendahnya tingkat ketepatan waktu tersebut adalah sistem penjadwalan yang masih
disusun secara manual dan belum mampu mengakomodasi kompleksitas proses produksi
secara menyeluruh, terutama dalam hal pengalokasian mesin dan penentuan urutan operasi
antar WO/job.
Berangkat dari permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu
model penjadwalan produksi untuk meminimasi jumlah pekerjaan yang terlambat (tardy job)
pada fasilitas DMS. Model dibangun menggunakan pendekatan mixed-integer linear
programming (MILP), dengan mempertimbangkan karakteristik penjadwalan job shop, lot
streaming, serta alternatif mesin (parallel machine). Model dikembangkan dan diselesaikan
menggunakan bahasa pemrograman Python dengan library Gurobi. Selanjutnya, model diuji
dengan menggunakan data historis untuk memastikan model tersebut dapat merefleksikan
kondisi nyata pada fasilitas DMS.
Dalam penelitian ini, variabel keputusan utama yang dicari oleh model adalah pemilihan
alternatif mesin untuk setiap operasi, serta penentuan ukuran sublot untuk setiap job. Kedua
variabel tersebut menjadi kunci dalam penyusunan jadwal yang efisien. Hasil dari proses
komputasi menunjukkan bahwa model berhasil menurunkan jumlah tardy job dari 13
menjadi 3 pekerjaan, atau mengalami perbaikan sebesar 77%. Penurunan ini terjadi karena
model menyusun penjadwalan secara menyeluruh, dengan mempertimbangkan ukuran
sublot, serta fleksibilitas alokasi mesin. Penurunan tersebut menunjukkan bahwa model
mampu mengatur pengerjaan WO secara lebih baik. Untuk mempermudah implementasi
model di lingkungan industri, sebaiknya dilakukan pengembangan antarmuka agar pengguna
dapat menjalankan model tanpa harus berinteraksi langsung dengan sistem backend.
Perpustakaan Digital ITB