digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Ada berbagai penelitian di bidang kelautan yang menggunakan profil kecepatan suara, atau sound speed profile (SSP) sebagai basis dalam menentukan karakteristik perairan, hanya saja ketersediaan data dalam lingkup spasial dan secara real time sangat terbatas. Rumus ‘Empiris’ membantu memperoleh profil kecepatan suara secara praktis, menyebabkan banyak bermunculan penelitian-penelitian yang mengembangkan model empiris kecepatan suara berdasarkan data Atlantik atau Pasifik—seperti Medwin, Leroy, Mackenzie, Coppens, dan Del Grosso. Sayangnya untuk saat ini belum ada rumus empiris kecepatan suara akustik bawah laut khusus yang dirancang untuk penggunaan di Indonesia, terutama di Perairan Samudera Indonesia, yang memiliki stratifikasi perairan lebih spesifik daripada perairan sub tropis. Sejauh ini, Medwin, Leroy, Mackenzie, Coppens, dan Del Grosso masih banyak digunakan secara praktis untuk wilayah perairan Indonesia apabila ditinjau dari range input parameter lingkungan, yang masih bisa menghasilkan kecepatan suara (C) dan SSP di perairan Indonesia. Maka, menggunakan data 14 stasiun yang didapatkan dari wilayah Perairan Samudera Indonesia yang memiliki data C hasil ukur lapangan disertai dengan data salinitas (S), suhu (T) dan kedalaman (D) yang mewakili parameter lingkungan penyusun kecepatan suara akustik bawah laut. Hal yang pertama-tama dianalisa adalah pembagian lapisan kedalaman menjadi Mixed Layer, Termoklin, dan Deep Layer untuk melihat korelasi parameter lingkungan terhadap stratifikasi gradien parameter, terutama di T untuk melihat karakteristik masing-masing perairan pada stasiun uji. Lalu, memastikan 5 rumus yang disebutkan apakah masih relevan digunakan pada perairan Indonesia, dilihat dari segi residual dan Root Mean Square (RMSE) terhadap C data yang ada. Kemudian, dilaksanakan penelitian yang menggunakanlah metode Hybrid yang menggabungkan aspek linear dan Non-Linear. Metode tersebut terbagi dalam aspek linear, dimana lima rumus referensi milik Medwin, Leroy, Mackenzie, Coppens, dan Del Grosso diregresi berdasarkan parameter lingkungan S,T,dan D, kemudian dikombinasikan dengan korektor Non-Linear sesuai dengan pemberatan (w) layer iii kedalaman berdasarkan gradien serupa setiap segmen geometrik yang dilihat dari grafik SSP dan parameter lingkungan S,T dan D. Didapatkan rumus akhir ???????????????? ???? ????????~???? ???? ????????????~???????? , dimana t merupakan term linear dari regresi 5 rumus referensi terhadap parameter lingkungan S, T, dan D. Kemudian terdapat term et berupa korektor Non-Linear 16 w per kluster gradien kedalaman. Pengujian akhir dilakukan sebagai bentuk validasi untuk melihat apakah Rumus baru ???????????????? relevan digunakan untuk Indonesia dibandingkan dengan rumus empiris kecepatan suara yang sudah ada. Setelah dihitung ulang nilai C masing-masing rumus, ???????????????? memiliki RMSE dan residual tidak melebihi 1m/s pada tiap stasiun uji pada setiap lapisan Mixed Layer, Termoklin, dan Deep Layer. Angka 1m/s menandakan rumus baru CABA memiliki kinerja yang baik tanpa adanya performance bias pada karakteristik laut spesifik, karena bisa menangkap ketidakpastian apabila digunakan di perairan samudera Indonesia.Rumus ???????????????? memiliki kinerja baik dibandingkan dengan rumus existing yang digunakan sebagai rumus referensi pada lapisan kedalaman Termoklin dan Deep Layer, menandakan rumus ini bisa mewakili stratifikasi tipikal yang terjadi di Perairan Samudera Indonesia akibat iklim tropis dan efek Indonesian Throughflow (ITF).