Ada berbagai penelitian di bidang kelautan yang menggunakan profil kecepatan
suara, atau sound speed profile (SSP) sebagai basis dalam menentukan karakteristik
perairan, hanya saja ketersediaan data dalam lingkup spasial dan secara real time
sangat terbatas. Rumus ‘Empiris’ membantu memperoleh profil kecepatan suara
secara praktis, menyebabkan banyak bermunculan penelitian-penelitian yang
mengembangkan model empiris kecepatan suara berdasarkan data Atlantik atau
Pasifik—seperti Medwin, Leroy, Mackenzie, Coppens, dan Del Grosso. Sayangnya
untuk saat ini belum ada rumus empiris kecepatan suara akustik bawah laut khusus
yang dirancang untuk penggunaan di Indonesia, terutama di Perairan Samudera
Indonesia, yang memiliki stratifikasi perairan lebih spesifik daripada perairan sub
tropis.
Sejauh ini, Medwin, Leroy, Mackenzie, Coppens, dan Del Grosso masih banyak
digunakan secara praktis untuk wilayah perairan Indonesia apabila ditinjau dari
range input parameter lingkungan, yang masih bisa menghasilkan kecepatan suara (C)
dan SSP di perairan Indonesia. Maka, menggunakan data 14 stasiun yang didapatkan
dari wilayah Perairan Samudera Indonesia yang memiliki data C hasil ukur
lapangan disertai dengan data salinitas (S), suhu (T) dan kedalaman (D) yang
mewakili parameter lingkungan penyusun kecepatan suara akustik bawah laut. Hal
yang pertama-tama dianalisa adalah pembagian lapisan kedalaman menjadi Mixed
Layer, Termoklin, dan Deep Layer untuk melihat korelasi parameter lingkungan
terhadap stratifikasi gradien parameter, terutama di T untuk melihat karakteristik
masing-masing perairan pada stasiun uji. Lalu, memastikan 5 rumus yang
disebutkan apakah masih relevan digunakan pada perairan Indonesia, dilihat dari
segi residual dan Root Mean Square (RMSE) terhadap C data yang ada.
Kemudian, dilaksanakan penelitian yang menggunakanlah metode Hybrid yang
menggabungkan aspek linear dan Non-Linear. Metode tersebut terbagi dalam aspek
linear, dimana lima rumus referensi milik Medwin, Leroy, Mackenzie, Coppens,
dan Del Grosso diregresi berdasarkan parameter lingkungan S,T,dan D, kemudian
dikombinasikan dengan korektor Non-Linear sesuai dengan pemberatan (w) layer
iii
kedalaman berdasarkan gradien serupa setiap segmen geometrik yang dilihat dari
grafik SSP dan parameter lingkungan S,T dan D. Didapatkan rumus akhir ???????????????? ????
????????~???? ???? ????????????~???????? , dimana t merupakan term linear dari regresi 5 rumus referensi
terhadap parameter lingkungan S, T, dan D. Kemudian terdapat term et berupa
korektor Non-Linear 16 w per kluster gradien kedalaman.
Pengujian akhir dilakukan sebagai bentuk validasi untuk melihat apakah Rumus
baru ???????????????? relevan digunakan untuk Indonesia dibandingkan dengan rumus empiris
kecepatan suara yang sudah ada. Setelah dihitung ulang nilai C masing-masing
rumus, ???????????????? memiliki RMSE dan residual tidak melebihi 1m/s pada tiap stasiun
uji pada setiap lapisan Mixed Layer, Termoklin, dan Deep Layer. Angka 1m/s
menandakan rumus baru CABA memiliki kinerja yang baik tanpa adanya
performance bias pada karakteristik laut spesifik, karena bisa menangkap
ketidakpastian apabila digunakan di perairan samudera Indonesia.Rumus ????????????????
memiliki kinerja baik dibandingkan dengan rumus existing yang digunakan sebagai
rumus referensi pada lapisan kedalaman Termoklin dan Deep Layer, menandakan
rumus ini bisa mewakili stratifikasi tipikal yang terjadi di Perairan Samudera
Indonesia akibat iklim tropis dan efek Indonesian Throughflow (ITF).
Perpustakaan Digital ITB