digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Muhammad Hisyam Alkhawarizmi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER Muhammad Hisyam Alkhawarizmi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Muhammad Hisyam Alkhawarizmi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Muhammad Hisyam Alkhawarizmi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Muhammad Hisyam Alkhawarizmi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Muhammad Hisyam Alkhawarizmi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Muhammad Hisyam Alkhawarizmi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

DAFTAR PUSTAKA Muhammad Hisyam Alkhawarizmi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Muhammad Hisyam Alkhawarizmi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Temperatur operasional yang tinggi pada panel surya fotovoltaik (PV) dapat menurunkan efisiensi konversi energinya secara signifikan. Sebagai solusi, sistem pendingin pasif seperti Pulsating Heat Pipe (PHP) menawarkan metode yang menjanjikan tanpa memerlukan konsumsi energi tambahan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara eksperimental kinerja PHP sebagai metode pendingin pada panel PV. Studi ini membandingkan kinerja termal dan elektrik antara PV tanpa pendingin (standar) dengan PV yang dilengkapi sistem pendingin PHP, serta menganalisis pengaruh tiga jenis fluida kerja yang berbeda: deionized water, etanol, dan metanol. Pengujian dilakukan di Bandung, Indonesia. Rata-rata hasil dua kali pengujian menunjukkan bahwa penggunaan PHP dengan deionized water menurunkan temperatur PV sebesar 1,00% (0,49 °C) dan meningkatkan daya keluaran 1,55% (0,83 W). Pada fluida etanol, penurunan temperatur tercatat 5,56% (2,57 °C) dengan peningkatan daya 4,65% (2,48 W). Metanol memberikan kinerja terbaik dengan penurunan temperatur 7,66% (3,83 °C) dan peningkatan daya 6,16% (2,90 W). Analisis performance ratio (PR) memperlihatkan tren serupa, dengan kenaikan 0,98% untuk deionized water, 3,14% untuk etanol, dan 4,39% untuk metanol. Selain itu, pada kondisi iradians 1100 W/m² diperoleh selisih peningkatan efisiensi sebesar 0,12% (deionized water), 0,70% (etanol), dan 1,01% (metanol) dibanding PV standar. Diantara ketiga fluida yang diuji, metanol terbukti menjadi fluida kerja yang paling unggul. Keunggulan ini disebabkan oleh kombinasi sifat termofisiknya, seperti kalor laten penguapan dan viskositas yang lebih rendah, sehingga menghasilkan hambatan termal terendah (0,111 °C/W). Karakteristik ini memungkinkan metanol untuk memulai sirkulasi osilasi dengan lebih efisien dan memberikan kemampuan transfer panas yang paling unggul, menjadikannya pilihan terbaik untuk aplikasi pendinginan PV dalam penelitian ini.