Transformasi bisnis menuju keberlanjutan merupakan langkah strategis PT Agri Multi Lestari (AML), dari perusahaan agribisnis menjadi perusahaan bioenergi. Perubahan orientasi bisnis AML ini merupakan respon dari arahan strategis perusahaan induk dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) melalui program co-firing biomassa di PLTU-nya. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi kesiapan, kapabilitas internal, dan kesenjangan AML dalam mencapai tujuan transformasi bisnisnya. Pendekatan multi-perspektif digunakan untuk menjawab permasalahan ini, dengan mengintegrasikan metodologi manajemen transformasi bisnis (BTM2), kapabilitas dinamis, tipologi transformasi bisnis yang berkelanjutan, dan kerangka kerja penilaian dampak. Studi ini menggunakan pendekatan metode campuran yang kompleks dengan desain sekuensial multi-fase, di mana data diperoleh melalui wawancara, survei persepsi internal, studi dokumen, dan analisis dampak lingkungan dan keuangan.
Hasil studi menunjukkan bahwa posisi AML saat ini dalam bisnis berkelanjutan berada pada tahap menuju kepentingan jangka panjang, dengan kekuatan utama pada komitmen kepemimpinan dan tujuan nilai-nilai perusahaan. Namun demikian, masih terdapat kelemahan yang signifikan dalam tata kelola, seperti indikator dan pelaporan ESG, pelibatan pemangku kepentingan, dan proses SDM khususnya terkait kegiatan training di bidang keberlanjutan. Evaluasi kapabilitas dinamis AML menunjukkan persepsi yang kuat terhadap penerapannya di ketiga dimensi kapabilitas dinamis. Analisis lebih lanjut terhadap arah transformasi menunjukkan adanya fondasi yang kuat, namun masih diperlukan perbaikan pada aspek tata kelola, terutama terkait prosedur kerja dan strategi inovasi.
Sementara itu, kesiapan transformasi menunjukkan perbedaan yang mencolok antara kesiapan organisasi yang dinilai tinggi (Level 4 - Kesiapan Penuh) dengan kesiapan proses yang masih berada pada level moderat (Level 3 - Kesiapan Sedang). Perbedaan ini terutama terkait dengan persepsi yang belum pasti mengenai pelaksanaan proses standardisasi. Dari sisi manajemen risiko, terdapat 26 kejadian risiko utama yang teridentifikasi dalam proses transformasi bisnis AML, namun hanya lima kejadian risiko yang masuk dalam profil risiko AML saat ini.
Hasil analisis terhadap sistem eksekusi transformasi bisnis AML menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan belum sepenuhnya memadai. Masih banyak proses inti dan proses manajemen yang belum tersedia dan terintegrasi dari sisi proses bisnis. Hal ini sejalan dengan temuan bahwa tata kelola, terutama ketersediaan dan implementasi prosedur kerja, merupakan salah satu kesenjangan yang paling signifikan dalam proses transformasi. Selain itu, 12 kompetensi utama yang harus dikembangkan dapat diidentifikasi dari sisi pengembangan sumber daya manusia. Namun, hasil analisis menunjukkan adanya kesenjangan kompetensi di semua level jabatan, terutama dalam hal pemahaman bioenergi dan keberlanjutan.
Selain itu, studi ini juga melihat dampak finansial dan lingkungan dari transformasi tersebut. Berdasarkan analisis Discounted Cash Flow, proyek Biomassa yang dijalankan oleh AML layak secara finansial dengan nilai NPV sebesar US$40,2 juta, IRR sebesar 41%, dan indeks profitabilitas sebesar 1,3. Proyek ini juga layak dalam skenario optimis namun kurang menarik dalam skenario pesimis, terutama pada kondisi dimana harga jual dan volume penjualan turun 5% dan biaya operasional naik 10%. Transformasi bisnis AML juga secara signifikan mengurangi emisi karbon, dan secara operasional dapat menjadi perusahaan yang netral karbon, terutama dengan menanam perkebunan energi.
Tujuh inisiatif strategis ditawarkan sebagai solusi dari hasil analisis transformasi bisnis AML. Inisiatif-inisiatif ini muncul dengan menggunakan pemetaan inisiatif strategis dengan melihat kesamaan tematik dalam beberapa analisis yang dilakukan. Beberapa contoh inisiatif strategis antara lain perbaikan tata kelola, peningkatan budaya inovasi, dan pemantauan kepatuhan. Skala prioritas kegiatan dalam setiap inisiatif disusun dengan menggunakan pendekatan matriks dampak dan upaya, di mana tujuh kegiatan merupakan quick wins, satu fill-in project, dua thankless task, dan sembilan kegiatan dikategorikan sebagai proyek besar. Studi ini menyimpulkan bahwa meskipun AML memiliki landasan strategis dan komitmen organisasi yang kuat, namun masih terdapat kesenjangan yang perlu diperbaiki dan diperkuat, terutama dalam hal tata kelola, inovasi, pengembangan bisnis, dan kompetensi, untuk memastikan transformasi menuju bioenergi dapat berjalan secara efektif, terukur, dan berkelanjutan.
Perpustakaan Digital ITB