digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Nooraini Dewayani Perbawanti P
PUBLIC Open In Flipbook Perpustakaan Prodi Arsitektur

Transformasi kampung kota menjadi destinasi wisata merupakan fenomena urban yang kompleks, di mana ruang hidup masyarakat tidak hanya beradaptasi secara fisik, tetapi juga merefleksikan dinamika sosial, kultural, dan ekonomi yang mendasarinya. Di tengah menguatnya paradigma pariwisata berbasis komunitas (community-based tourism), keberlanjutan pengembangan kampung wisata sangat bergantung pada pemahaman mendalam mengenai bagaimana masyarakat, sebagai agen utama, memaknai, terlibat, dan pada akhirnya membentuk kembali lingkungan binaan mereka. Namun, seringkali terdapat kesenjangan pemahaman antara intervensi fisik yang terlihat dengan proses sosial yang terjadi di baliknya. Permasalahan krusial ini menjadi titik tolak penelitian, yaitu bagaimana proses transformasi fisik di kampung wisata sesungguhnya terjadi sebagai manifestasi dari desain partisipatif yang digerakkan oleh masyarakat itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk transformasi fisik pada skala kawasan dan hunian; menganalisis persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap pengembangan pariwisata; dan mengidentifikasi faktor-faktor pendorong utama yang menjelaskan hubungan antara persepsi, partisipasi, dan tindakan transformasi fisik tersebut. Untuk mencapai tujuan ini, penelitian menggunakan pendekatan metode campuran (mixed methods) dengan strategi studi kasus komparatif pada tiga kampung wisata dengan karakteristik unik di Surabaya: Kampung Lawas Maspati, Heritage Peneleh, dan Ketandan. Analisis transformasi fisik dilakukan secara mendalam melalui observasi, pemetaan spasial, dan analisis komparatif denah 13 hunian sampel menggunakan kerangka teori nominal classes dari N.J. Habraken. Sementara itu, aspek sosial-persepsi dikaji melalui kuesioner kepada 101 responden dan wawancara mendalam, dengan data dianalisis secara deskriptif-kualitatif dan uji kontingensi statistik untuk membuktikan hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan adanya spektrum bentuk transformasi fisik yang jelas. Di Kampung Lawas Maspati dan Heritage Peneleh, transformasi didominasi oleh perubahan yang dilakukan oleh penghuni, di mana masyarakat secara strategis menyesuaikan fungsi ruang tanpa adanya perombakan secara mayor. Pilihan desain ini didorong oleh kebutuhan fungsional-produktif (UMKM) di Maspati dan semangat pelestarian di Peneleh. Sebaliknya, di Kampung Ketandan, transformasi cenderung mengarah pada modifikasi struktural yang lebih invasif, bahkan mendekati housing extension, yang didorong oleh inisiatif pragmatis-komersial secara individual. Kajian ini membuktikan hipotesis bahwa tindakan transformasi fisik tidak didorong oleh persetujuan pasif masyarakat. Meskipun 82% responden menyatakan setuju dengan penetapan kampung wisata, analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara persetujuan tersebut dengan keputusan untuk mengubah hunian. Pendorong yang sesungguhnya adalah partisipasi aktif dalam peran fungsional (seperti menjadi pelaku UMKM atau terlibat langsung dalam atraksi wisata) yang didasari oleh persepsi akan manfaat ekonomi dan sosial yang nyata. Mekanisme inilah yang kemudian menjadi dorongan dalam diri masyarakat untuk bertindak sebagai agen perubahan bagi ruang huniannya. Penelitian ini menawarkan sebuah pendekatan yang menjembatani analisis spasial-fisik dengan dinamika sosial-persepsi, guna membingkai transformasi sebagai sebuah proses desain partisipatif yang muncul dari bawah. Dengan mendeskripsikan dampak fisik yang umum dalam studi sejenis, penelitian ini mengungkap mekanisme pengambilan keputusan di tingkat penghuni, yang menjelaskan bagaimana dan mengapa warga secara sadar memilih bentuk transformasi tertentu. Secara teoretis, penelitian ini berkontribusi pada ilmu arsitektur, perencanaan kota, dan studi pariwisata dengan menunjukkan bahwa faktor pendorong transformasi partisipatif yang paling efektif bukanlah persetujuan umum, melainkan adanya peran fungsional dan struktur insentif ekonomi yang konkret.