Perubahan iklim global telah meningkatkan perhatian terhadap fenomena kenaikan
muka air laut yang menjadi isu krusial di wilayah pesisir, terutama di Indonesia
bagian barat yang memiliki kepadatan penduduk tinggi, infrastruktur penting, dan
dinamika oseanografi yang kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
variabilitas dan tren muka air laut dengan pendekatan integratif menggunakan tiga
sumber data utama: data pasang surut dari 29 stasiun tide gauge dan 24 stasiun
CORS milik BIG (periode 2012–2022), data altimetri satelit dari CMEMS, serta
hasil simulasi dari sembilan model CMIP6 (SSP5-8.5) dan tujuh model (SSP2-4.5).
Analisis dilakukan dengan korelasi Pearson untuk mengevaluasi kesesuaian
variabilitas dan metode Ordinary Least Squares untuk menghitung tren linier, baik
secara spasial maupun temporal. Hasil menunjukkan bahwa tren kenaikan muka
laut berdasarkan data altimetri berada pada kisaran +2 hingga +6 mm/tahun,
sementara data pasang surut menunjukkan variasi lebih besar, khususnya di wilayah
pesisir yang mengalami penurunan muka tanah seperti utara Jawa. Korelasi antara
pasang surut dan altimetri umumnya tinggi di laut terbuka (r ? 0,6), namun menurun
di daerah pesisir yang kompleks. Beberapa model seperti ACCESS-CM2 dan
CanESM menunjukkan hasil yang konsisten dengan observasi, sedangkan
MIROC6 dan FGOALS-g3 cenderung menunjukkan hasil yang lebih rendah dari
tren aktual. Studi ini menegaskan pentingnya pendekatan multi-data dan validasi
model untuk menghasilkan proyeksi kenaikan muka laut yang lebih akurat dalam
mendukung upaya adaptasi wilayah pesisir terhadap perubahan iklim.
Perpustakaan Digital ITB