Shale merupakan material dengan karakteristik unik dan menjadi isu penting dalam
kajian geoteknik. Sensitivitas shale terhadap kondisi jenuh takjenuh menyebabkan
variasi kekuatan geser yang signifikan sehingga pemahaman mengenai konsep ini
menjadi sangat penting dalam analisis stabilitas konstruksi. Penelitian dilakukan
dengan tujuan mendapatkan parameter kuat geser dengan menggunakan metode uji
triaksial takjenuh tipe consolidated drained (CD) pada sampel shale dari daerah
Cisomang, Jawa Barat. Sampel dipersiapkan melalui prosedur pemadatan Modified
Proctor metode C pada kadar air optimum 16,10%. Proses uji triaksial takjenuh
meliputi tahap saturasi awal dengan kontrol B-value, konsolidasi untuk mencapai
kesetimbangan drainase, proses equalisasi isapan matric dalam kerangka tanah
takjenuh, dan tahap pembebanan geser hingga titik keruntuhan.
Pendekatan eksperimental ini mengacu pada teori mekanika tanah takjenuh melalui
konsep selubung keruntuhan Mohr-Coulomb yang diperluas (extended Mohr-
Coulomb failure envelope) yang dikembangkan oleh Fredlund dan Rahardjo
(1993), dengan penggunaan dua variabel tegangan independen yaitu tegangan
normal bersih (? ? ua) dan isapan matric (ua ? uw). Hasil pengujian menunjukkan
bahwa pada isapan matric 60 kPa terjadi peningkatan kuat geser yang konsisten
dibandingkan kondisi jenuh. Dari hasil pengujian triaksial takjenuh pada penelitian
ini didapatkan nilai kuat geser (?) shale sebesar 65.35 kPa dengan parameter
sebagai berikut: (1) c = 57.48 kPa, (2) ?? = 22.62o, (3) d = 52.09 kPa, (4) ?b =
20.98o. Hasil ini menegaskan bahwa kontribusi kekuatan tambahan akibat tekanan
air pori negatif pada shale masih berlangsung pada rentang suction di bawah nilai
air entry value (AEV). Nilai sudut ?? yang diperoleh berada pada kisaran mendekati
sudut ?’, yang mengindikasikan bahwa hubungan antara kuat geser dan isapan
matric pada rentang suction rendah–menengah masih bersifat hampir linear. Hal ini
selaras dengan prediksi teori dan studi terdahulu pada shale wilayah Cisomang,
yang memiliki AEV relatif tinggi akibat dominasi mineral lempung.
Perpustakaan Digital ITB