Air laut pada merupakan elektrolit yang baik akibat kandungan garam dan ion terlarut yang tinggi. Hal tersebut memudahkan reaksi elektrokimia terjadi dan menyebabkan laju korosi material logam yang tinggi pada lingkungan laut. Lingkungan laut yang kaya akan nutrisi akan memiliki populasi mikroorganisme yang tinggi. Keberadaan mikroorganisme dapat menyebabkan korosi yang terjadi menjadi semakin kompleks yang disebut korosi mikrobiologi.
Sudah banyak penelitian korosi mikrobiologi pada lingkungan air laut oleh SRB yang dilakukan pada baja karbon dan stainless steel, namun penelitian pada material alternatif seperti aluminum masih sedikit dilakukan. Aluminum merupakan material logam ringan yang memiliki sifat mekanik yang baik jika dipadukan dan mampu menghasilkan lapisan oksida pasif yang stabil pada air laut dengan pH netral.
Pada penelitian tugas akhir ini dilakukan beberapa percobaan untuk mengetahui perilaku korosi aluminum pada air laut dengan kehadiran SRB. Percobaan yang dilakukan
antara lain pengamatan aktivitas bakteri, pengujian imersi, pengujian polarisasi, pengujian electrochemical impedance spectroscopy (EIS) dan pengamatan morfologi kerusakan menggunakan SEM-EDS. Dari penelitian ini ditemukan bahwa medium SRB menghasilkan laju korosi yang lebih tinggi dari medium steril, baik dari hasil pengujian imersi maupun polarisasi. Karakteristik permukaan aluminum setelah imersi yang diuji dengan EIS yang menunjukkan penurunan nilai tahanan polarisasi pada medium SRB, sehingga dapat
diartikan arus korosi yang mengalir dan laju korosi yang terjadi lebih besar. Mekanisme korosi mikrobiologi oleh SRB dikonfirmasi oleh hasil SEM-EDS yang menyatakan rendahnya kandungan aluminum, tingginya kandungan karbon dan oksigen, serta keberadan unsur sulfur pada permukaan spesimen pengujian imersi pada medium SRB.
Perpustakaan Digital ITB