Pada kondisi aktual di lapangan, batuan mengalami tegangan yang berbeda dari segala arah. Oleh sebab itu, untuk memodelkan perilaku yang dialami oleh batuan pada kondisi sesungguhnya yang terjadi di lapangan maka dilakukan suatu penelitian pengembangan alat uji triaksial pada skala laboratorium. Suatu pengembangan alat uji triaksial pada skala laboratorium yang diberi nama alat uji true triaksial memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan tiga tegangan utama secara bebas dan berbeda (σ1 ≠ σ2 ≠ σ3), sehingga melalui pengujian true triaksial diharapkan dapat menghasilkan hasil pengujian yang lebih representatif mendekati kondisi perilaku yang dialami oleh batuan secara aktual di lapangan.
Penggunaan kriteria failure Mohr-Coulomb maupun Hoek & Brown pada kedua jenis pengujian triaksial menghasilkan perbedaan nilai kriteria failure. Yaitu, berdasarkan kriteria failure Mohr Coulomb pengujian triaksial dengan metode true triaksial menghasilkan nilai kohesi (c) yang lebih rendah sebesar 0.25 % dan sudut gesek dalam (ϕ) yang lebih rendah sebesar 45.28 % dibandingkan dengan hasil pengujian triaksial konvensional. Sedangkan, berdasarkan penggunaan kriteria failure Hoek & Brown pengujian triaksial dengan metode true triaksial menghasilkan σci yang lebih rendah sebesar 20.23 % dan mi yang lebih rendah sebesar 69.28 % dibandingkan dengan hasil pengujian triaksial konvensional.
Pemodelan lubang bukaan pada perangkat lunak Phase2 dilakukan untuk menentukan pengaruh perbedaan nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam (ϕ) hasil kedua jenis pengujian triaksial terhadap kekuatan massa batuan sekitar lubang bukaan. Penggunaan nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam (ϕ) dari hasil pengujian true triaksial pada pemodelan lubang bukaan akan menghasilkan nilai Strength Factor yang lebih rendah sebesar 14.48 % di setiap sudut peninjauan dibandingkan dengan hasil pengujian triaksial konvensional.
Perpustakaan Digital ITB