ABSTRAK - M. Khawariz Andaristiyan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER M. Khawariz Andaristiyan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 M. Khawariz Andaristiyan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 M. Khawariz Andaristiyan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 M. Khawariz Andaristiyan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 M. Khawariz Andaristiyan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 M. Khawariz Andaristiyan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA M. Khawariz Andaristiyan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN M. Khawariz Andaristiyan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Misi Mars Sample Return (MSR) atau pengembalian sampel dari Mars merupakan
salah satu misi angkasa luar yang paling menantang dan menarik.
Pada misi semacam itu, salah satu faktor kunci keberhasilan misi adalah desain
lintasan wahana yang optimal, baik dari segi waktu maupun kebutuhan
propelan. Aerobraking, sebagai salah satu teknik manuver penerbangan antariksa,
telah digunakan dalam berbagai desain lintasan wahana antariksa untuk
menghemat kebutuhan propelan. Pada penelitian ini, akan dianalisis performa
aerobraking atmosfer Bumi untuk misi MSR menggunakan model atmosfer
NRLMSIS 2.1, yaitu model atmosfer terbaru yang menyediakan nilai kerapatan
dari permukaan hingga exobase.
Penelitian ini menggunakan simulasi yang dijalankan menggunakan bahasa
pemrograman Python dan dimulai sejak wahana memasuki Sphere of Influence
(SOI) Bumi, alih orbit di periapsis, melakukan multiple aerobraking, hingga
sampai di orbit tujuan akhir. Orbit akhir pada studi ini ditargetkan pada
orbit lingkaran di ketinggian 400 km. Alasan dipilihnya orbit tersebut ialah
karena pada ketinggian ini terdapat beberapa stasiun penting seperti ISS dan
Tiangong sehingga misi bisa menjadi lebih fleksibel untuk tujuan docking dengan
stasiun-stasiun tersebut ataupun bersiap untuk pendaratan kapsul ke
permukaan Bumi.
Hasil studi menunjukkan bahwa dibandingkan dengan penggunaan retropropulsi
secara penuh ke orbit akhir, penggunaan aerobraking dapat menghemat
kebutuhan propelan wahana hingga lebih dari 60% dengan variasi durasi
aerobraking yang bergantung pada ketinggian periapsis target hp, parameter
koefisien balistik BC, dan selisih kecepatan alih orbit ?Ventry. Selain itu, hasil
studi juga menunjukkan adanya hubungan yang bervariasi antara BC, ?Ventry,
dan kondisi cuaca antariksa terhadap performa aerobraking. Tidak hanya itu,
berdasarkan hasil analisis terhadap perubahan parameter orbit, hasil studi juga
menunjukkan bahwa semakin lama durasi aerobraking, tidak hanya jarak
periapsis dan apoapsis saja yang berubah karena efek gaya hambat atmosfer,
tetapi orientasi bidang orbit juga akan semakin bergeser karena efek gangguan
yang bersumber dari ketidaksimetrian bentuk Bumi.
Perpustakaan Digital ITB